Adikarya ParlemenParlemen

Pembangunan Infrastruktur Jalan Menjadi Salah Satu Penyumbang Kerusakan Lingkungan

ADIKARYA PARLEMEN

BANDUNG, elJabar.com – Dalam perspektif etika lingkungan, kemulusan dan luasnya kapasitas jalan akan mengundang polusi serta kerusakan yang parah dan berkepanjangan terhadap lingkungan.

Perspektif ini sangat masukakal, karena jalan dianggap sebagai fasilitator bagi kendaraan bermotor yang banyak menghasilkan jenis polutan di udara.

Maka menurut Anggota Komisi 4 DPRD Jawa Barat, Kasan Basari, sudah seharusnya dalam pelaksanaan pembangunan jalan dilakukan melalui upaya pendekatan yang berwawasan lingkungan.

“Mengingat kondisi lingkungan kita saat ini semakin parah. Kualitas lingkungan kita semakin menurun. Kerusakan ini tidak bisa dipungkiri, ada sumbangan dari pembangunan dan kondisi infrastruktur jalan juga,” ujar Kasan Basari, kepada elJabar.com.

Salah satu upaya pembangunan jalan yang berwawasan lingkungan adalah dengan menerapkan konsep Green Roads atau jalan ramah lingkungan, yang memperhatikan tiga aspek. Yaitu aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.

“Dalam konsep green road ini mencakup tahap pembiayaan, perencanaan, desain, konstruksi, dan pemeliharaan jalan, serta penanganan dampak perubahan iklim,” ujar Kasan Basari, kepada elJabar.com.

Secara teknis dalam pembangunan green roads dikenal beberapa prinsip penting, yaitu meminimalkan pemanfaatan energi dan air, mengurangi penggunaan sumber daya alam tak terbarukan, desain dan material yang meminimalkan dampak lingkungan.

Sejumlah contoh penerapan green road, pertama yaitu mengoptimalkan wilayah di sekitar jalan sebagai daerah tangkapan dan resapan air. Kemudian memanfaatkan materi daur ulang untuk meminimalkan bahan buangan, dan mereduksi energi dalam pembuatan jalan.

Ide penggunaan aspal daur ulang merupakan alternatif bijak untuk mengurangi pengguanaan material baru. Ini juga sebagai bentuk tanggungjawab terhadap kondisi lingkungan yang sudah banyak tercemar.

“Metode ini lebih ramah lingkungan, karena mengkonsumsi lebih sedikit energi dan menghasilkan lebih sedikit limbah,” jelas Kasan Basari.

Penerapan green roads yang paling mudah dilakukan adalah penghijauan di sekitar jalan. Pohon-pohon sebagai penyuplai oksigen dianggap manjur untuk mengurangi pencemaran karbon.

Berikutnya, yaitu  pemanfaatan teknologi rumput beton vetiver di lereng jalan, untuk menangani masalah erosi dangkal.

Saat ini telah banyak dikembangkan teknologi pembangunan jalan seperti alat berat, teknik desain, material bahkan teknologi kelengkapan jalan seperti dinding peredam kebisingan, teknologi pembatas jalan, dan lain-lain.

Puslitbang Jalan dan Jembatan telah mengembangkan teknologi yang berkaitan dengan kriteria green roads. Selain untuk pelestarian lingkungan, teknologi-teknologi tersebut diciptakan untuk meningkatkan kualitas infrastruktur jalan serta meningkatkan keselamatan pengendara.

“Tapi pada kenyataannya, penerapan teknologi masih sangat minim dilakukan. Maka yang seharusnya dilakukan adalah mendorong penerapannya dalam pembangunan jalan,” ujarnya.

Apabila bicara kualitas infrastruktur jalan, maka daya saing kualitas jalan nasional merupakan indikator penting dalam mengevaluasi, dan melihat sejauh mana kinerja penyelenggara jalan saat ini.

Kondisi kualitas infrastruktur jalan juga berdampak pada kinerja logistik nasional. Negara-negara dengan kinerja logistik yang lebih baik akan dapat berkembang lebih cepat, menjadi lebih kompetitif dan akhirnya akan lebih menarik bagi investasi.

Indonesia dikelompokkan kedalam kelompok negara-negara berpenghasilan menengah bawah, dimana negara-negara yang berada dalam kelompok ini umumnya menunjukkan kinerja logistik parsial.

Namun demikian, antara pemenuhan kebutuhan infrastruktur jalan dan pemeliharaan terhadap kondisi lingkungan, juga harus sejalan.

“Sehingga dampak dari pembangunan infrastruktur jalan ini, tidak menimbulkan dampak yang lebih parah bagi lingkungan,” pungkasnya. (muis)

Show More
Back to top button