MUNGKIN banyak yang merasa heran, mengapa saya mengaitkan empat tokoh pergerakan dan perumus Pancasila tersebut dibahas disini dan dikaitkan dengan Kota Jepang di Tegalpanjang? Kemudian seberapa pentingkah arti Kota Militer Jepang Hiroshima-2 Sukabumi dalam terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Mulai dari masuknya bala tentara Jepang, kemudian Pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang pada 8 Maret 1942 di Kalijati Subang, janji Perdana Menteri Jepang untuk memberikan kemerdekaan Indonesia, pembentukan 3A, Jawa Hokokai, Putera, Organisasi semi militer, Dokuritsu Junbi Inkai (BPUPKI) dan Dokuritsu Junbi Cosakai (PPKI), Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945, Piagam Jakarta, hingga diresmikannya Pembukaan UUD 1945 ?
Dalam tulisan ini, akan penulis ceritakan runtutan kisahnya berdasarkan catatan sejarah resmi yang dihubungkan dengan cerita yang beredar dimasyarakat.
Upaya bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan guna melepaskan diri dari belenggu penjajah, sudah banyak dilakukan oleh para pahlawan pendahulu. Mulai dari Sultan Agung Hanyokrokusumo, Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Sisinga Mangaraja, Thomas Matulessi, Cut Nya Din, I Gusti Ketut Jelantik dan lain-lain.
Tetapi semuanya mengalami kegagalan dalam perjuangannya, sehingga pada akhirnya seluruh wilayah nusantara dikuasai oleh Kerajaan Belanda, yang menjadikan bumi nusantara berada dibawah kekuasaannya dan membentuk Pemerintahan Hindia Belanda yang dikepalai oleh Gubernur Jenderal.
Selanjutnya pada masa pergerakan, upaya-upaya memerdekakan Indonesia ditempuh dengan pergerakan politik dengan mendirikan partai-partai politik, baik ada yang kooperatif maupun non kooperatif dengan Belanda. Salah satu upaya tersebut dilakukan oleh R.A.A. Kusumo Utoyo (Anggota Volksraad dari Budi Utomo) pada sidang Volksraad tahun 1936 yang terkenal disebut dengan “Mosi Keresahan” salah satunya menyatakan : “Pemerintah Belanda harus memberikan kemerdekaan kepada Indonesia/Hindia Belanda karena jasa-jasanya memajukan negeri Belanda paling lambat 10 tahun yang akan datang”.
R.A.A. Kusumo Utoyo ini merupakan sahabat dekat MH. Thamrin, karena mempunyai pandangan politik yang sama dalam pergerakan kemerdekaan.
Pada masa pergerakan banyak sekali para tokoh pergerakan yang dibuang keluar daerah akibat bertentangan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah Hindia Belanda. Diantaranya Bung Hatta dan Sutan Syahrir yang pernah ditahan di School Veld Politie Sukabumi (sekarang Setukpa Polri Sukabumi), Mr. Kasman Singodimedjo pun pernah ditahan di Politie School Sukabumi.
Gementee (Kota Praja) Sukabumi merupakan tempat tinggal keluarga tokoh pergerakan Sukabumi yang juga anggota Volksraad Mr. R. Syamsudin dan KH. Ahmad Sanusi, dikabarkan pula ketiga tokoh pergerakan tersebut selama ditahan pernah dijenguk oleh Mr. R. Syamsudin dan KH. Ahmad Sanusi.
Sekilas Biografinya
Mr. R. Syamsudin yang lahir di Sukabumi pada tanggal 1 Januari 1908 ialah anak Penghulu Sukabumi yang bernama KH. Ahmad Djuwaeni. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Universiteit Leiden Belanda jurusan hukum pada 4 Oktober 1935.
Mr. R. Syamsudin pada tahun 1937 masuk ke Partai Indonesia Raya. Kemudian tahun 1940 menjadi Wakil Walikota (Loco Burgemeester) Bogor, lalu tanggal 20 Januari 1941 menjabat anggota Volksraad (Dewan Rakyat dari Masyumi) menggantikan MH. Thamrin.
Dijaman pendudukan Jepang yaitu tanggal 1 Mei 1943 menjadi Wakil Ketua Kantor Besar Pusat Kebudayaan (Keimin Bunka Shidosho Tyuoo Honbu Zityo) di Jakarta. Tahun 1943 diangkat oleh Ir. Soekarno menjadi Kepala Bagian Keselamatan di Kantor Besar Putera di Jakarta. Selanjutnya pada 2 November1944 menjadi Walikota (Shicho) Sukabumi (Sukabumi Shi). Dan seterusnya.
KH. Ahmad Sanusi lahir di Sukabumi tanggal 18 September 1889. Beliau adalah tokoh Sarekat Islam dan pendiri Al-Ittihadul Islamiyah (AII) sebuah organisasi yang bergerak dibidang pendidikan, sosial kemasyarakatan dan ekonomi.
Beliau pun mendirikan Perguruan Syamsul Ulum pada tahun 1933 dan menjadi penentang kebijakan-kebijakan pemerintah Hindia Belanda dan pernah ditahan hingga dibuang ke Batavia. Pendiri PUI ini pada jaman pendudukan penjajah Jepang ikut mendirikan Laskar Hizbullah bersama-sama Gatot Mangkupradja.
Dan pada saat pembentukan BPUPKI beliau direkrut menjadi salah satu anggotanya dan bersama-sama dengan anggota BPUPKI yang lainnya merumuskan Pancasila yang kemudian dituangkan dalam Piagam Jakarta, kemudian dirubah menjadi Pembukaan UUD 1945. Dan seterusnya.
Drs. Muhammad Hatta lahir di Bukittinggi tanggal 12 Agustus 1902, Ia memulai pergerakan politiknya sewaktu bersekolah di Handels Hogeschool di Rotterdam Belanda. Pergerakannya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia menyebabkan beliau keluar masuk penjara, dibuang ke Digul, hingga pernah ditahan di Politie School Sukabumi oleh Belanda.
Kemudian setelah tentara Jepang mengambil alih kekuasaan Hindia Belanda, beliau diundang bertemu dengan Kolonel Nakayama di Sukabumi, kemudian diminta menjadi salah satu penasihat pemerintah pendudukan Jepang. Dan seterusnya.
Ir. Soekarno lahir tanggal 6 Juni 1901 di Surabaya, kiprah pergerakan Soekarno pertama kali saat beliau menjabat anggota Jong Java cabang Surabaya pada 1915. Setelah dewasa berguru kepada Haji Oemar Said Cokroaminoto pendiri Syarekat Islam.
Kemudian setelah beliau menjadi mahasiswa THS di kota Bandung (sekarang Institut Tekhnologi Bandung) beliau menjadi tokoh pergerakan nasional dengan mendirikan PNI pada tahun 1927.
Aktifitas Soekarno di PNI menyebabkan dirinya ditangkap Belanda pada tanggal 29 Desember 1929 di Yogyakarta, lalu esoknya dipindahkan ke Bandung untuk dijebloskan ke penjara Banceuy, dan pada tahun 1930 dipindahkan ke penjara Sukamiskin.
Di Pengadilan Landraad Bandung 18 Desember 1930 ia membacakan pleidoinya yang fenomenal “Indonesia Menggugat”, hingga dibebaskan kembali pada 31 Desember 1931.
Kemudian ditangkap kembali akibat gerakannya menentang Belanda hingga dibuang keluar Jawa. Ia baru bebas kembali pada masa penjajahan Jepang tahun 1942. Dan seterusnya
Keempat orang tokoh ini masing-masing memiliki pandangan politik yang berbeda, namun memiliki satu paham pemikiran tentang kemerdekaan Indonesia. Menurut salah satu narasumber, hal itu pernah dibahas pada suatu pertemuan di Kota Jepang Hiroshima-2 yang terletak di Desa Tegalpanjang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi, pada saat Jepang menjanjikan kemerdekaan Indonesia dikemudian hari yang dinyatakan oleh Perdana Menteri Jepang Kuniaku Kaiso pada 7 September 1944 dalam sidang istimewa Teikoku Henkai ke-85 di Tokyo.
Sebelumnya PM Jepang Hideki Tojo pada tahun 1943 mengundang tiga tokoh Indonesia untuk bertemu langsung dengan Kaisar Hirohito bahkan Kaisar memberikan Bintang Kekaisaran Jepang (Ratna Suci), yang hal itu membuat kaget para pemimpin tentara Jepang di Indonesia.
Sebab dengan diberikannya Bintang Kekaisaran Jepang itu maka Kaisar Jepang dengan otomatis menganggapnya sebagai saudara kandung. Mungkin oleh sebab itu maka Jepang menganggap Indonesia sebagai Saudara muda.
Rumah Singgah Bung Karno di Kota Militer Jepang Hiroshima-2 Tegalpanjang
Suasana ramai di Kota Militer Jepang Tegalpanjang dengan kontur alam yang berbukit-bukit mirip dinegeri sakura dengan udara segar pegunungan, disebelah utaranya berdiri tegak gunung Gede-Pangrango berwarna biru cerah, mengingatkan orang-orang Jepang ke Gunung Fujiyama. Menambah betah mereka untuk semakin melanggengkan kekuasaannya di bumi Nusantara.
Dalam mega proyek pembangunan kota tersebut begitu banyak menimbulkan kesengsaraan rakyat Indonesia, diantaranya pengerahan Romusha dari daerah Jawa serta tahanan interniran Belanda yang dipekerjakan secara paksa, juga warga sekitar Kecamatan Sukaraja.
Dikabarkan, Bung Karno sering berkunjung kesana untuk bertemu dengan Abah Omin (tokoh pendekar perguruan silat Banteng Wulung) dan mengadakan pertemuan rutin dengan tokoh-tokoh Sukabumi. Bung Karno pun mempunyai rumah singgah di kampung Pojok yang merupakan pusat kota Jepang tersebut.
Pada saat Jepang sudah menyerah kepada Sekutu, harta benda yang ada disana seperti hewan ternak sapi, kambing, babi serta kendaraan dan harta lainnya dibiarkan saja oleh tentara Jepang (mungkin menunggu ditangani oleh tentara Inggris sesuai Pentagon Agreement), sehingga banyak harta yang diambil oleh warga. Hingga banyak dugaan bahwa disana masih banyak harta peninggalan tentara Jepang yang ditimbun.
Dan banyak tentara Jepang yang dibunuh oleh pejuang dan penduduk yang merasa sakit hati atas perbuatan kejam tentara Jepang terhadap mereka. Pada saat tentara Jepang dilucuti oleh tentara Inggris, mereka dibariskan di Kota Militer Jepang Tegalpanjang. Dan tentara Jepang itu disuruh berjalan kaki ke Lapang Merdeka di Kota Praja Sukabumi, sebelum diangkut dengan truk ke Jakarta sebagai tawanan perang Sekutu.
Empat anggota BPUPKI yaitu Ir. Soekarno (PNI) , Drs. Muhammad Hatta (PSI) , Mr. R. Syamsudin (Masyumi), dan KH. Ahmad Sanusi (PUI), yang menurut kabar pernah bertemu dan mengadakan rapat rahasia membahas tentang kemerdekaan Indonesia dan Dasar Negara Pancasila di Kota Militer Jepang Hiroshima-2 Tegalpanjang juga di Kotapraja Sukabumi.
Selanjutnya keempat tokoh pergerakan tersebut merumuskan dan membuat Dasar Negara Pancasila dalam sidang PPKI tahun 1945 bersama-sama anggota BPUPKI/PPKI lainnya. Kemudian disetujuilah dan dibuat Piagam Jakarta, yang kemudian terjadilah silang pendapat antar anggota PPKI mengenai Piagam Jakarta pada sila pertama Pancasila, yaitu : “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, yang mendapat tentangan dari tokoh-tokoh Nasionalis, perwakilan Indonesia timur dan Sunda kecil.
Hingga dalam sidang PPKI itu terjadi perseteruan yang panas antara tokoh-tokoh beraliran Islamisme fundamental dengan tokoh-tokoh beraliran Nasionalisme. Kemudian melalui sidang yang sangat alot, akhirnya disepakatilah sila pertama Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, yang dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 hingga kini.
Menyikapi adanya perubahan sila pertama dari Pancasila tersebut, keempat tokoh perumus Pancasila kemudian pada akhirnya memilih jalan politik masing-masing. Yaitu, Ir. Soekarno selaku pencetus Pancasila dan menyetujui sila Ketuhanan Yang Maha Esa meneruskan karir politiknya menjadi Presiden RI ke-1.
Adapun Drs. Muhammad Hatta yang menyetujui sila Ketuhanan Yang Maha Esa, juga meneruskan karir politiknya sebagai Wakil Presiden RI ke-1. Namun karena ada selisih paham dengan Presiden Soekarno, maka pada 1 Desember 1956 Drs. Muhammad Hatta mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Wapres RI.
Selanjutnya Mr. R. Syamsuddin meneruskan karir politiknya menjadi Wakil Perdana Menteri RI (mewakili Masyumi) dan ikut hijrah ke Jogjakarta, setelah ditandatangani Perjanjian Renville. Lalu tanggal 4 Agustus 1949 diangkat jadi Menteri Penerangan dan terakhir diangkat menjadi Duta Besar di Pakistan.
Sedangkan KH. Ahmad Sanusi mengundurkan diri dari BPUPKI/PPKI pada sidang PPKI diwaktu malam hari. Sebelum diresmikannya Pembukaan UUD 1945 beliau menyambangi Ir. Soekarno dan menyatakan pengunduran dirinya dari anggota BPUPKI/PPKI melalui sepucuk surat, dan menyatakan menyerahkan segala sesuatu tentang Dasar Negara Pancasila kepada Ir. Soekarno selaku Ketua PPKI. Selanjutnya KH. Ahmad Sanusi lebih memilih meneruskan kiprahnya membangun Indonesia melalui bidang pendidikan. ***
Penulis adalah Tedi Ginanjar, Pengamat dan Penelusur Sejarah/Ketua Pembina Yayasan Caagar Budaya Nasional Pojok Gunung Kekenceng