Bayu Syahjohan: Pemimpin Bogor Harus Teladani Akhlak Rasullulah
BOGOR,eljabar.com,– Siang ini, ada pemandangan berbeda di Masjid Nurul Huda, Desa Kedung Waringin, Kecamatan Bojongdede, Kabupaten Bogor.
Mereka yang tengah memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, yaitu perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad Saw pada setiap 12 Rabiul Awal yang tahun ini jatuh pada Senin (16/9/2024) mendadak terfokus pada sosok yang mengenakan peci, kemeja dan celana hitam.
Panitia peringatan Maulid Nabi Muhammad pun menyambut sosok tersebut dengan ramah, diiringi tepuk tangan dan riuh para jemaah, pertanda ikut bahagia dengan kehadiran sosok tersebut.
Diketahui, sosok itu adalah calon Bupati Bogor, H.R Bayu Syahjohan yang diundang warga untuk menghadiri peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW di Masjid Nurul Huda.
Dalam kesempatannya, Bayu dengan gaya sederhana dan ramah menyapa jemaah yang hadir. Bayu juga menyelipkan pesan agar masyarakat menjaga kerukunan sebagaimana diamanatkan Nabi Muhammad.
“Terima kasih atas sabutan yang luar biasa ini. Padahal saya hanya orang biasa, hanya saja didorong untuk maju di Pilbup Bogor. Maka dari itu, saya mengajak bapak dan ibu untuk turut berpartisipatif menyukseskan pesta demokrasi itu dengan damai dan aman,” ungkap Bayu.
Langkah tersebut, kata Bayu, bisa dilakukan masyarakat dengan meneladani sifat dan akhlak Nabi Muhammad.
“Mari jadikan kehidupan Rasulullah sebagai inspirasi untuk menebar kebaikan dan kedamaian bagi sesama, khususnya pada Pilbup November nanti,” pesan Bayu.
Ia pun berjanji, jika diberi amanah oleh masyarakat untuk memimpin Kabupaten Bogor lima tahun kedepan, akan menjalankan amanah tersebut sebagaimana diajarkan Nabi Muhammad.
“Pemimpin Kabupaten Bogor harus meneladani sifat Rasullulah, sebab amanah itu bukan kebahagiaan, melainkan sebuah tanggung jawab besar yang harus ditanggung di dunia maupun di akhirat kelak. Maka, jika saya nanti dipercaya, mohon ingatkan saya jika salah. Artinya, mari membangun Kabupaten Bogor secara bersama-sama,” katanya.
Bayu juga berpinsip, jika dirinya menjadi pemimpin, tidak akan tertutup dengan saran dan masukan masyarakat. Sebab menurutnya kedaulatan sepenuhnya ada di tangan rakyat, sedangkan pemimpin hanya sebatas penentu kebijakan.
“Saya kan nanti dipilih masyarakat. Saya jadi pemimpin karena masyarakat jadi tentunya semua harus sesuai keinginan masyarakat. Saya bisa disebut pemimpin itu juga karena ada masyarakat. Jadi semua harus keinginan rakyat, rakyat dan rakyat. Mun teu aya rakyatna, naha abdi bade mingpin cucunguk? (kalau tidak ada masyarakatnya, apakah saya harus memimpin kecoa?). Jadi semuanya ada di rakyat. Saya adalah pelayan masyarakat,” tandas Bayu, disambut tepuk tangan riuh hadirin. (Yad)