Optimalisasi Pengelolaan Pelabuhan Laut dan Udara Regional Jawa Barat

ADHIKARYA PARLEMEN
BANDUNG, elJabar.com — Dalam upaya peningkatan strategi besar untuk meningkatkan konektivitas regional dan daya saing ekonomi, Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus mendorong optimalisasi pengelolaan pelabuhan laut dan udara di wilayahnya.
Seiring dengan pertumbuhan industri, perdagangan, dan pariwisata, pelabuhan laut dan udara menurut Anggota Komisi 4 DPRD Jawa Barat, Prasetyawati, menjadi infrastruktur kunci yang diprioritaskan untuk ditata ulang dan ditingkatkan.
Jawa Barat memiliki sejumlah pelabuhan laut strategis seperti Pelabuhan Cirebon, Pelabuhan Patimban di Subang, serta pelabuhan-pelabuhan pendukung di pantai selatan. Khususnya Pelabuhan Patimban, yang sejak 2020 telah dikembangkan menjadi pelabuhan internasional, kini menjadi fokus utama dalam pengembangan logistik dan ekspor otomotif nasional.
“Oleh karena itu, Pelabuhan Patimban menjadi bagian dari rencana jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan pada Pelabuhan Tanjung Priok, serta mempercepat arus barang dari dan ke kawasan industri di Karawang, Bekasi, dan Subang,” jelas Prasetyawati, kepada elJabar.com.
Sehingga untuk mendukung itu, menurut Prasetyawati, akses jalan dan konektivitas dengan jalur kereta api harus dipercepat. Pemerintah pusat dan provinsi harus bersinergi dalam pembangunan jalan tol akses Patimban yang ditargetkan rampung pada akhir 2025.
Selain itu, menurut Prasetyawati, Pelabuhan Cirebon juga harus direvitalisasi untuk memperkuat distribusi barang di wilayah timur Jawa Barat.
“Khususnya untuk komoditas pertanian, bahan bakar, dan logistik pendukung industri kecil dan menengah,” ujarnya.
Sedangkan di sektor udara, Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Majalengka kini menjadi titik tumpu pengembangan penerbangan domestik dan internasional. Setelah sempat mengalami stagnasi dan kurangnya akses langsung, BIJB kini sedikit menunjukkan perkembangan signifikan.
Sejak rampungnya Tol Cisumdawu, jumlah penumpang cukup meningkat pesat. Selama periode mudik Lebaran 2025, jumlah penumpang mencapai lebih dari 12.000 orang, yang merupakan peningkatan signifikan dibandingkan rata-rata harian sekitar 500 penumpang. Maskapai-maskapai nasional dan internasional mulai membuka rute baru dari dan ke BIJB, menjadikannya sebagai alternatif penting selain Bandara Soekarno-Hatta.
Selain BIJB, pengelolaan Bandara Husein Sastranegara di Bandung juga terus diperkuat, meskipun peran utamanya kini difokuskan pada penerbangan militer, VIP, dan penerbangan perintis.
“Selain itu, juga harus didorong pengembangan bandara-bandara kecil seperti Bandara Nusawiru di Pangandaran dan Bandara Cakrabhuwana di Cirebon untuk menunjang konektivitas wisata dan ekonomi local,” sarannya.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga harus membuka peluang investasi swasta untuk mendukung pembangunan dan operasional pelabuhan laut dan udara. Ruang kemitraan strategis, terutama dalam pengelolaan logistik pintar dan digitalisasi pelabuhan, yang ke depan akan menjadi kunci efisiensi.
Dengan integrasi yang kuat antara pengelolaan pelabuhan laut dan udara, Prasetyawati berharap, Jawa Barat mampu menjadi pusat distribusi dan logistik modern yang tidak hanya melayani kebutuhan nasional, tetapi juga terhubung secara global.
Hal ini juga sejalan dengan rencana pembangunan wilayah Rebana Metropolitan sebagai kawasan ekonomi baru yang mengandalkan konektivitas tinggi.
“Pelabuhan dan bandara bukan sekadar tempat keluar-masuk barang dan orang. Tapi merupakan nadi pertumbuhan ekonomi. Jika dikelola dengan baik, ini akan mempercepat pemerataan pembangunan,” pungkasnya. (muis)