Adikarya ParlemenParlemen

Membangun Potensi Pariwisata Jawa Barat untuk Perekonomian Rakyat

ADHIKARYA PARLEMEN

BANDUNG, elJabar.com – Jawa Barat tidak hanya dikenal dengan alamnya yang memesona, budaya yang kaya, serta kuliner yang menggoda selera. Tapi dibalik keindahan tersebut, tersembunyi potensi besar sektor pariwisata sebagai pendorong perekonomian rakyat.

Menurut Lina Ruslinawati, Wakil Ketua Komisi 2 DPRD Jawa Barat, sektor pariwisata merupakan mesin pertumbuhan ekonomi daerah yang dapat mendorong pemerataan kesejahteraan masyarakat jika dikelola secara berkelanjutan dan inklusif.

Dengan wilayah yang membentang dari pesisir utara hingga pegunungan di selatan, Jawa Barat memiliki keberagaman destinasi wisata yang luar biasa. Mulai dari kawasan Puncak Bogor yang telah lama menjadi magnet wisatawan, pantai-pantai eksotis di Sukabumi dan Pangandaran, hingga wisata budaya di Cirebon dan Tasikmalaya, semuanya menawarkan daya tarik tersendiri.

“Potensi wisata kita sangat luar biasa. Dari wisata alam, budaya, religi, hingga wisata edukasi dan kreatif. Semua ini jika dikembangkan dengan tepat, bisa menjadi pilar utama perekonomian masyarakat,” ujar Lina Ruslinawati, kepada elJabar.com.

Menurutnya, tidak hanya pelaku usaha besar yang bisa menikmati keuntungan dari sektor ini. Justru masyarakat lokal sebagai pelaku UMKM, pemandu wisata, pemilik homestay, dan pengrajin bisa menjadi pihak yang paling diuntungkan jika ekosistem pariwisata dibangun dari bawah.

Data dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat menunjukkan bahwa pada tahun 2024, lebih dari 50 juta wisatawan domestik dan mancanegara berkunjung ke berbagai destinasi di Jabar. Sektor ini menyumbang lebih dari 6% PDRB provinsi dan menciptakan lebih dari 1,2 juta lapangan kerja, baik langsung maupun tidak langsung.

Ia mencontohkan bagaimana masyarakat di sekitar Situ Patenggang, Ciwidey, kini menggantungkan hidup pada aktivitas wisata. Dulu hanya mengandalkan bertani, sekarang mereka punya homestay, jualan oleh-oleh, jadi pemandu wisata, dan pengelola wahana local. Dan banyak lagi daerah lainnya.

 “Pariwisata bukan hanya soal jumlah wisatawan, tapi multiplier effect-nya sangat luas. Sektor ini memberi dampak positif pada perhotelan, transportasi, kuliner, kriya, dan pertanian lokal,” jelas Lina.

Komisi 2 DPRD Jawa Barat, yang membidangi ekonomi dan perdagangan, menaruh perhatian besar pada pemberdayaan UMKM dalam rantai nilai pariwisata. Lina menyebutkan bahwa penguatan UMKM menjadi strategi utama dalam menyerap manfaat pariwisata secara luas.

“UMKM adalah tulang punggung ekonomi rakyat. Kita dorong agar mereka tidak hanya jadi penonton, tapi jadi pemain utama. Mulai dari pelatihan, akses pembiayaan, hingga promosi digital kita fasilitasi,” tuturnya.

Salah satu program yang sedang didorong adalah integrasi UMKM lokal dengan destinasi wisata. Misalnya, setiap kawasan wisata wajib memiliki pasar oleh-oleh yang dikelola masyarakat sekitar, serta mendorong pemanfaatan produk lokal di hotel dan restoran.

Lina juga menekankan pentingnya digitalisasi dan promosi pariwisata berbasis komunitas. Dalam era digital, promosi destinasi melalui media sosial, platform wisata, dan kampanye kreatif menjadi kunci menjaring wisatawan generasi muda.

“Kita butuh strategi promosi yang tidak hanya berskala nasional, tapi juga lokal. Anak-anak muda desa kita dorong jadi content creator pariwisata di kampung halamannya. Ini sekaligus membangun rasa bangga terhadap daerah,” kata politisi dari Fraksi Gerindra ini.

Program pelatihan digital marketing untuk pelaku wisata dan UMKM juga telah diadakan di beberapa kabupaten, bekerja sama dengan Dinas Koperasi dan UKM serta komunitas kreatif lokal.

Jawa Barat bukan hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga kekayaan budaya. Menurut Lina, pengembangan destinasi wisata tidak boleh lepas dari kearifan lokal. Ia mencontohkan keberhasilan kampung adat Cireundeu di Cimahi dan Kampung Naga di Tasikmalaya sebagai contoh wisata budaya yang dikelola secara mandiri dan berkelanjutan.

“Kita harus menjaga identitas lokal. Wisata jangan sampai jadi komersialisasi semata, tapi juga media edukasi dan pelestarian budaya,” ujarnya.

Komisi 2 mendukung program revitalisasi dan konservasi kawasan wisata berbasis adat serta penyelenggaraan festival budaya tahunan yang melibatkan komunitas lokal, seniman, dan pelaku ekonomi kreatif.

Meski potensinya besar, pengembangan pariwisata di Jawa Barat masih menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah aksesibilitas dan infrastruktur yang belum merata, terutama di destinasi wisata baru dan potensial di wilayah selatan.

Ia mendorong alokasi anggaran pembangunan infrastruktur yang mendukung konektivitas wisata, termasuk pembangunan jalan penghubung, penambahan jalur kereta api wisata, dan pengembangan pelabuhan kecil di wilayah pesisir.

“Pangandaran, Garut Selatan, dan Cianjur bagian selatan itu destinasi luar biasa, tapi akses jalan dan fasilitasnya masih sangat terbatas. Ini harus jadi prioritas pemerintah provinsi dan kabupaten,” pungkasnya. (muis)

Show More
Back to top button