Pemkab Sumedang Berkomitmen Bangun Ekosistem Wisata
YOGYAKARTA, eljabar.com — Turis atau wisatawan tidak datang berkunjung hanya karena alasan satu destinasi utama tapi karena adanya faktor pendukung berupa ekosistem pariwisata yang sudah terbangun dengan baik mulai dari lapisan bawah di masyarakat sampai tingkat pemerintahan.
Hal tersebut mendorong Pemerintah Kabupaten Sumedang yang sudah mendeklarasikan diri menjadi “Kabupaten Wisata” untuk membangun ekosistem wisata di semua tingkatan, di samping terus membenahi aksesibilitas dan amenitas serta atraksi ikonik yang dikembangkan dari potensi yang ada.
Menurut Bupati Sumedang H. Dony Ahmad Munir, Kabupaten Sumedang memiliki potensi pariwisata yang sebenarnya tidak kalah dengan daerah lain, baik wisata alam, wisata budaya maupun wisata buatannya. Namun semuanya belum belum dikemas maksimal dalam sebuah pola yang mampu menyedot perhatian wisatawan.
“Para wisatawan asing berdatangan ke Yogya bukan karena keindahan alamnya saja. Karena kalau dilihat, tak beda jauh dengan Sumedang. Namun, itu lebih karena kreativitas pemerintah daerahnya dalam membangun ekosistem pariwisata di semua tingkatan,” kata bupati usai menghadiri Capacity Building Kehumasan bersama para wartawan Kabupaten Sumedang di Hotel Arjuna, Yogyakarta, Minggu (6/10/2019).
Semua diawali dari pemahaman berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah sendiri, akan arti penting wisata sebagai pendongkrak ekonomi daerah. “Yang pertama dan paling utama adalah dibuat dulu kultur wisatanya sehingga semua pihak ‘ngeh’ dan peduli akan pentingnya program wisata ini,” ujar bupati.
Atas dasar hal tersebut, lanjut Bupati, dirinya mendorong semua pimpinan SKPD di Kabupaten Sumedang untuk menjadi ‘Kepala Dinas Pariwisata’ dalam perspektif bidangnya, semua kantor SKPD menjadi ‘Dinas Pariwisata’ dalam dimensi sektornya, semua masyarakat Sumedang menjadi ‘pemandu wisatanya’ dan semua tempat di Sumedang menjadi ‘destinasi wisata’.
“Kalau semuanya sudah sadar dan mengerti akan perannya dalam memajukan wisata di Sumedang, akan tercipta ekosistem pariwisata yang mandiri. Semua sistem berjalan dengan sendirinya,” tuturnya.
Bupati menambahkan, untuk menumbuhkan rasa memiliki, hendaknya sebuah kawasan pariwisata dirancang dan dikelola sendiri oleh masyarakat lokal karena mereka memahami betul bagaimana mengusahakan potensi yang ada untuk diolah menjadi sumber penghasilan dari wisata. “Pola inilah yang diterapkan di daerah-daerah yang sudah maju wisatanya. Diharapkan di Sumedang juga nantinya masyarakat lokal dapat menjadi pelaku pariwisata bukan sekedar penonton,” ujarnya.
Langkah berikutnya, lanjut Bupati, adalah dengan merangkul para pelaku usaha untuk diberi ruang dan apresiasi yang menunjang pengembangan sektor wisata. “Contohnya untuk wisata kuliner, para pengusaha Tahu Sumedang kita beri mereka kesempatan berkompetisi untuk membangun semacam museum atau galeri Tahu Sumedang yang tidak hanya menyajikan Tahu yang siap santap, tetapi mulai dari proses pengolahan sampai penggorengannya. Nantinya pengusaha Tahu dengan museum atau galeri Tahu terbaik akan kita kasih insentif atau rekomendasi kepada wisatawan,” kata bupati.
Tak kalah pentingnya kata Bupati adalah mem-‘branding’ potensi wisata yang ada di masyarakat sebagai strategi untuk meningkatkan daya saing daerah dengan narasi-narasi yang kuat (story telling) yang dicari wisatawan saat menginap atau berkunjung. “Tempat-tempat wisata yang sudah ada seperti Benteng Gunung Kunci, Museum, Marongge kita perkuat narasinya sehingga orang tertarik. Begitu juga makanan-makanan khas yang ada harus ada narasinya. Jadi di balik itu semua ada cerita. Dan yang bercerita adalah masyarakat yang ada dalam ekosistem wisata tadi,” tuturnya. (Abas)