ADIKARYA PARLEMEN
BANDUNG, elJabar.com — Ketersediaan infrastruktur sangat menentukan tingkat keefisienan dan keefektifan kegiatan ekonomi, serta merupakan prasyarat agar berputarnya roda perekonomian berjalan dengan baik.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh akumulasi modal, sumber daya alam, sumber daya manusia (human resources). Baik dalam kuantitas, maupun dalam tingkat kualitas penduduknya, kemajuan teknologi, akses terhadap informasi, keinginan untuk melakukan inovasi, maupun mengembangkan diri serta budaya kerja.
Salah satu hal yang menyebabkan ketertinggalan suatu daerah dalam membangun ekonominya menurut Anggota Fraksi Gerindra DPRD Jawa Barat, H. Kasan Basari, karena rendahnya daya tarik suatu daerah dan sumber daya, yang dikarenakan terbatasnya sarana dan prasarana infrastruktur.
“Sehingga ini menyebabkan tingkat aktivitas ekonomi yang rendah. Ini menjadi salah satu penyebab ketertinggalan daerah dalam membangun ekonominya,” jelas H. Kasan Basari, kepada elJabar.com.
Suatu daerah yang tidak memiliki sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam serta kurangnya insentif yang ditawarkan seperti prasarana infrastruktur, perangkat keras dan lunak, dan keamanan, dapat menyebabkan suatu daerah tertinggal dalam pembangunan.
Maka untuk mengejar ketertinggalan dari daerah lainnya, diungkapkan H. Kasan Basari, terdapat beberapa alternatif pengembangan suatu daerah. Alternatif tersebut dapat berupa investasi langsung yang diarahkan pada sektor produktif atau investasi pada social-overhead. Seperti pada pembangunan jalan, fasilitas kesehatan, pendidikan dan prasarana infrastruktur lainnya.
“Pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur harus diperhatikan, karena infrastruktur merupakan basis pembangunan,” tandasnya.
Negara akan mendapatkan benefit yang sangat besar dalam hal output, jika pemerintah fokus pada peningkatan investasi dan performance dari infrastruktur.
Berdasarkan latar belakang keadaan demografis, geografis, dan kemajuan ekonomi yang tidak sama, maka salah satu konsekuensi logis adalah terjadinya perbedaan kinerja pembangunan antar daerah.
“Selanjutnya akan menyebabkan kesenjangan dalam kemajuan dan tingkat kesejahteraan antar daerah,” ujarnya.
Peringkat daya saing infrastruktur Indonesia terus mengalami penurunan dibandingkan negara lain. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur di Indonesia saat ini mengalami kemunduran. Kemunduran ini akan berdampak buruk terhadap kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Jawa Barat yang secara geografis berbatasan dengan wilayah ibu kota negara Indonesia dan merupakan salah satu provinsi yang memiliki jumlah penduduk terbanyak, dibutuhkan sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai.
“Kemunduran investasi infrastruktur publik akan menyebabkan perekonomian stagnan, ketimpangan sosial dan kerusakan lingkungan,” ungkapnya.
Akhir-akhir ini masyarakat banyak mengeluhkan kondisi infrastruktur, khususnya jalan yang saat ini dirasakan sangat mengganggu arus lalu lintas, jika mereka pergi bekerja atau mengirimkan barang yang akan akan di jual ke pasar domestik atau untuk diekspor.
Kemacetan yang terus menerus terjadi menyebabkan ketidakefisienan waktu dalam berkendara dan terganggunya distribusi barang dan jasa.
“Jumlah ruas jalan yang ada saat ini sudah tidak sepadan dengan jumlah kendaraan yang terus mengalami peningkatan,” katanya.
Dampak dari kondisi tersebut diatas adalah sering terjadi kemacetan yang mengakibatkan terjadinya keterlambatan dalam pengiriman barang berbagai jenis komoditi ekspor Jabar, khususnya dari kawasan Cikarang sebagai salah satu basis industri Jabar menuju Tanjung Priok.
Akibat dari kondisi ini para pengusaha sering mengalami kerugian, karena harus mengeluarkan uang lebih untuk biaya operasional transportasi yang mengalami penambahan hingga 30% dari biasanya.
“Inilah dampak dari kurangnya ketersediaan infrastruktur yang tidak memadai, terhadap keberlangsungan kegiatan perekonomian masyarakat,” pungkasnya. (muis)