Nasional

Kinerja Pemeliharaan Jembatan Tak Becus, ODOL Dikambinghitamkan

Surabaya, eljabar.com – Tepat pada 4 April tiga tahun lalu, Jembatan Widang ambruk. Sejumlah opini mengupas penyebab ambruknya jembatan yang menghubungkan Lamongan-Tuban tersebut.

Sementara, pada awal tahun ini publik kembali dikejutkan dengan kerusakan jembatan jenis rangka baja di Bangil, Kabupaten Pasuruan.

Atau kerusakan tak seberapa pada bagian atas Jembatan Kalitangi di Kabupaten Gresik, masih banyak ditemukan.

Jembatan yang telah fungsional, untuk mempertahankan kondisinya agar tetap baik diperlukan upaya pemeliharaan secara rutin dan berkala.

Hal paling penting untuk mencegah potensi kerusakan jembatan, selain beban muatan berlebih, kerusakan yang berasal dari lingkungan seperti iklim dan cuaca juga menjadi salah satu yang semestinya tak luput dari perhatian.

Kerusakan yang disebakabkan oleh lingkungan ini akan memengaruhi komponen-komponen jembatan.

Komponen jembatan tersebut terletak pada bagian atas, meliputi plat lantai, gelagar induk dan gelagar sekunder. Ketiga komponen pada bagian atas jembatan tersebut memiliki fungsi masing-masing pada struktur dan konstruksi.

Kerusakan komponen yang terjadi pada bagian atas ini menyebabkan fungsi komponen untuk mendistribusikan beban, baik melintang maupun beban yang didesain untuk menahan lendutan (longitudinal), serta beban vertikal, tidak berjalan sesuai renacananya.

Jenis kerusakan seperti ini terjadi pada jembatan Kedunglarangan, Bangil, Pasuruan. Kerusakan pada bondex yang menjadi bagian dari komponen bagian atas serta yang akan menopang lantai jembatan, berulang ambles.

Inspeksi jembatan yang sekadarnya, terkadang mengesampingkan kerusakan yang disebabkan oleh lingkungan yang mengakibatkan komponen jembatan mengalami penurunan mutu dan kualitas tersebut.

Akibat yang paling fatal dari hal ini baja yang menjadi bahan utama komponen jembatan cepat mengalami fatik atau kelelahan.

Jadi, untuk menjaga layanan jembatan serta mempertahankan umur tekniknya, kinerja inspeksi jembatan yang hanya admnistratif belaka, artinya laporan-laporan inspeksi berisi data asal tulis, maka sebaiknya dievaluasi.

“Hanya buang-buang uang negara saja,” kata Lukas.

Tenaga inspektor tersebut, masih kata Lukas, sudah dibekali dengan pengetahuan yang cukup melalui kegiatan diklat.

“Namun hasil pendataan terhadap kondisi komponen dan elemen jembatan kenyataannya tak otomatis memberikan out put untuk mempertahankan usia layanan jembatan. Persoalan ini yang seharusnya dievaluasi,” tuturnya.

Sementara, lanjut Lukas, ketika terjadi kerusakan pada jembatan yang dituduh menjadi biang keladinya hanya kendaraan over dimension and over load saja.

“Dari peristiwa jembatan yang rusak, tak satupun yang menyebutkan karena fatik atau kelelahan elemen baja jembatan,” pungkas Lukas. (luq/bersambung))

Show More
Back to top button