Nasional

Pengendalian Daya Rusak Air Membutuhkan Sinergi Lintas Sektor dan Peran Aktif Masyarakat

SUKOHARJO, eljabar.com – Pengendalian daya rusak air yang dipicu oleh banjir dan bencana lain, dibutuhkan sinegi dari seluruh pihak, termasuk di dalamnya peran masyarakat.

Tak dipungkiri, kemampuan Sungai Bengawan Solo dalam pengendalian daya rusak air masih memiliki keterbatasan. Sebab, kapasitas badan sungai dan bangunan air yang dimiliki oleh sungai sepanjang 600 kilometer tersebut, juga terbatas.

Sungai Bengawan Solo sendiri mencakup 96 Daerah Aliran Sungai (DAS). Sampai saat ini 96 DAS tersebut belum tertangani seluruhnya.

Akan tetapi, untuk di DAS yang sudah dilaksanakan kegiatan pengendalian banjir, potensi banjir yang dapat menimbulkan daya rusak relatif sudah dapat ditekan. Lama waktu genangan pun semakin lebih singkat jika dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya.

Sementara itu, pengendalian daya rusak air yang diakibatkan oleh banjir terus dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo. Upaya tersebut terbagi dalam 3 daerah aliran, yakni daerah hulu, kemudian di pertemuan sungai Bengawan Solo dan Kali Madiun serta di daerah hilir dari sungai terpanjang di Pulau Jawa tersebut.

Di daerah hulu misalnya, luapan banjir masih terlihat di Kali Dengkeng Kabupaten Klaten. Begitu juga dengan anak-anak sungai yang ada di Kota Surakarta dan Kabupaten Sragen, pengendalian banjir masih menjadi pekerjaan rumah yang akan diselesaikan.

Sedangkan di pertemuan Sungai Bengawan Solo dan Kali Madiun juga terdapat beberapa tempat yang kerap mengalami banjir, seperti di Kali Jeroan, anak sungai dari Kali Madiun.

Sedangkan di daerah hilir, potensi banjir terjadi di Sungai Bengawan Jero, Kabupaten Bojonegoro dan sekitar Jabung Ring Dyke di Kabupaten Lamongan.

Daerah-daerah tersebut menjadi perhatian BBWS Bengawan Solo. Hal ini dipaparkan oleh Kepala Bidang Pelaksanaan Jaringan Sumber Air (PJSA) Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, Ir Isgyianto MT, dalam podcast, Jum’at (17/09/2021).

Namun, kata Isgiyanto, sesuai kewenangan yang dimiliki, pihaknya hanya menangani potensi daya rusak air di bagian in stream atau dalam aliran sungai melalui sejumlah kegiatan.

Kegiatan di bidang PJSA, terang Isgiyanto, dilaksanakan oleh dua satuan kerja (satker). Satker tersebut merupakan organisasi kerja yang melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan Pelaksanaan Jaringan Sumber Air.

“Di Bidang PJSA Bengawan Solo ada 2 satuan kerja yaitu SNVT Pembangunan Bendungan dan SNVT PJSA,” terang Isgiyanto, Jum’at (17/09/2021).

Untuk SNVT Pembangunan Bendungan BBWS Bengawan Solo, saat ini sedang membangun 6 bendungan. Dari 6 bendungan tersebut, 3 di antaranya telah selesai dibangun dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo.

Bendungan yang telah diresmikan tersebut adalah Bendungan Gondang di Kabupaten Karananyar, diresmikan pada 5 Mei 2019, Bendungan Tukul di Kabupaten Pacitan diresmikan 14 Februari 2021 dan Bendungan Bendo, Kabupaten Ponorogo yang belum lama diresmikan oleh kepala negara pada 7 September 2021.

Sementara itu, bendungan yang akan diresmikan dalam waktu dekat, yakni pada bulan November 2021 adalah Bendungan Gongseng di Kabupaten Bojonegoro dan Bendungan Pidekso di Kabupaten Wonogiri.

Sedangkan yang akan diselesaikan pengerjaannya sampai tahun 2022 adalah Bendungan Jlantah di Kabupaten Karanganyar.

“Mohon do’anya agar schedule pekerjaannya bisa terpenuhi sesuai waktu yang telah ditetapkan,” ujarnya.

Selain itu, sambung Isgiyanto, kegiatan di sungai yang on progres saat ini, dilaksanakan oleh SNVT PJSA Bengawan Solo dan 3 Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

PPK Sungai dan Pantai I memiliki 3 kegiatan yang tersebar di Kabupaten Pacitan, Ponorogo dan Kali Jeroan di Kabupaten Madiun.

PPK Sungai dan Pantai II memiliki 3 kegiatan yang sedang berjalan, masing-masing adalah peningkatan kapasitas sudetan floodway di Kabupaten Lamongan, pengendalian banjir di Sungai Bengawan Solo hilir dan pengendalian banjir Kali Lamong di Kabupaten Gresik dan Kota Surabaya.

Sedangkan kegiatan PPK Sungai dan Pantai III ada di daerah hulu sungai Bengawan Solo, terdiri dari pembangunan pintu air Demangan Baru di Kota Surakarta, pembangunan revetment ruas Kampung Sewu-Pucang Sawit, Kota Surakarta dan revetment Kali Anyar hilir Tirtonadi, Kota Surakarta.

“Kegiatan-kegiatan itu semua dalam on progres dan progres pekerjaannya terus meningkat dari waktu ke waktu,” kata Isgiyanto kemudian.

Seiring dengan datangnya musim penghujan, ia berharap seluruh kegiatan tersebut bisa diselesaikan.

Di samping itu, pihaknya tak lupa mengimbau, agar masyarakat juga ikut mengambil peran untuk menekan potensi timbulnya daya rusak air.

Menjaga konservasi sumber daya air diharapkan menjadi tujuan dan cita-cita bersama, sehingga pelestarian sumber daya air dengan prinsip-prinsip hidrologi menjadi perhatian utama.

“Sekecil apapun, kita mempunyai peran untuk menjaga potensi daya rusak air, mulai dari menanam pohon atau tidak membuang sampah ke sungai. Semua harus berawal dari diri kita, karena orang yang baik itu adalah orang yang selalu mengambil peran demi kebaikan bersama, sekecil apa pun peran itu,” pungkasnya. (*wan)

 

 

 

 

 

 

 

Show More
Back to top button