SUMENEP, eljabar.com — Seorang bayi yang baru berumur tiga hari harus meregang nyawa usai diambil sampel darahnya di Puskesmas Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Peristiwa tersebut dialami oleh Rumnaini (orang tua bayi), warga Dusun Mojong, Desa Tamidung, Kecamatan Batang-batang.
Dalam keterangannya pada sejumlah media, Rumnaini menceritakan bagaimana kronologis bayinya yang baru lahir itu meninggal dunia.
Diketahui pada hari Selasa (15/11/2023) malam, Rumnaini melahirkan anak keduanya di Puskesmas Batang-batang. Kemudian keesokan harinya, sekitar pukul 09.00 WIB, ia sudah diperkenankan pulang oleh pihak Puskesmas.
“Saat itu pihak Puskesmas memperkenankan saya pulang karena tidak ada gejala apapun dan sehat, tapi disuruh kembali hari Sabtu guna dilakukan cek laboratorium,” ungkap Rumnaini dalam keterangannya, Selasa (22/11/2023).
Lalu pada hari Sabtu (18/11/2023) pagi, Rumnaini kembali ke Puskesmas untuk melakukan cek laboratorium. Pihak Puskesmas mengambil sampel darah guna melakukan tes kestabilan tubuh pada bayi baru lahir tersebut.
Usai pengambilan sampel darah, pihak Puskesmas lalu memperbolehkan Rumnaini dan bayinya pulang.
“Saat itu belum ada gejala apapun dan bayi saya kondisinya masih sehat serta stabil,” kata Rumnaini.
Namun, Sabtu malam, kondisi bayi Rumnaini mengalami demam. Kondisi ini berlangsung hingga Senin (20/11/2023) malam.
Pihaknya menyebut, tubuh bayinya itu drop dan demamnya pun tak kunjung surut. Akhirnya, ia memutuskan untuk membawa si bayi kembali ke Puskemas Batang-batang demi mendapatkan perawatan medis.
Sayangnya, setiba di Puskesmas para petugas kesehatan menyampaikan ketidakmampuannya mengatasi kondisi bayi Rumnaini.
Pihak Puskesmas menyarankan Rumnaini untuk merujuk bayinya ke Rumah Sakit Islam (RSI) Kalianget.
Alih-alih langsung mendapatkan pertolongan, RSI Kalianget pun juga mengaku tidak sanggup menangani bayi Rumnaini.
“Setibanya di RSI Kalianget, mereka juga bilang tidak mampu,” lanjut Rumnaini.
Akhirnya, tanpa pikir panjang, Rumnaini berikut keluarga langsung melarikan si bayi ke salah satu rumah sakit yang ada di Kabupaten Sampang.
Namun akhirnya bayi Rumnaini sudah tidak tertolong saat dalam perjalanan menuju ke rumah sakit di Kabupaten Sampang.
“Sampai di Kabupaten Pamekasan, akhirnya saya harus kembali pulang, karena bayi saya sudah tidak tertolong,” kata Rumnaini menceritakan.
Kondisi terkini, keluarga Rumnaini tengah mengalami duka mendalam atas kepergian bayi yang belum berumur satu Minggu itu.
Terpisah, Kepala Puskesmas Batang-batang, dr. Fatimatus Insoniyah mengungkapkan, sudah menjalankan prosedur dalam pengambilan sampel darah bayi Rumnaini.
“Cara pengambilan sampel darah, kami sudah bekerja sesuai dengan SOP, kami sudah bekerja dengan prosedur, petugas kesehatan yang melakukan sudah lengkap, sudah punya SPM, juga sudah punya wewenang klinis,” kata Fatimatus saat dikonfirmasi media melalui sambungan teleponnya, Selasa sore.
Pihaknya juga mengatakan, secara teknis pengambilan sampel darah bayi itu dilakukan beberapa tahap.
Mulai dari pemberian perban hingga penyuntikan di bagian tumit bayi. Kemudian, setelah itu ditutup diiringi dengan pemberian alkohol.
“InsyaAllah pihak dokter yang RSI sudah menjelaskan kenapa bayinya itu panas, kemudian kenapa bayinya sesak hingga meninggal dunia. Jadi kematian bayinya itu bukan karena (SHK, red), tapi karena ada penyakit lain,” kata Fatimatus mengungkapkan.
“Itu ada infeksi, tapi sebaiknya untuk lebih jelasnya bisa langsung ditanyakan pada RSI Kalianget,” imbuhnya lebih lanjut.
Di sisi lain, pihaknya juga melakukan upaya klarifikasi efek samping dari pengambilan sampel darah bagi bayi baru lahir.
“Jadi untuk SHK itu tidak ada efek samping, apalagi sampai menimbulkan panas dan sesak. Sedangkan untuk alat SHK-nya langsung dibuang, atau sekali pakai dan itu kita dapatnya dari Dinas Kesehatan,” katanya.
Dirinya mengatakan, insiden seperti ini baru pertama kali terjadi di Puskesmas Batang-batang.
“Jadi sudah banyak bayi yang dilakukan SHK, yang jelas sudah puluhan bayi dan tidak terjadi apa-apa,” katanya.
Di waktu yang sama, Humas RSI Kalianget, dr. Yanti, membenarkan bahwa bayi Rumnaini dirujuk ke rumah sakit tersebut.
“Iya benar,” kata Yanti dari bilik telepon.
Ditanya soal infeksi yang terjadi pada bayi tersebut, Yanti mengaku masih akan menanyakan kepada dokter yang menangani.
“Yang tahu itu dokter yang merawat ya. Kita belum ketemu dengan dokternya, kita hanya jelaskan alurnya saja,” kata Yanti.
Pihaknya hanya menjelaskan, bahwa setelah dari RSI Kalianget kemudian si bayi dirujuk ke rumah sakit yang ada di Kabupaten Sampang, dengan alasan keterbatasan alat.
“Karena memang kami tidak memiliki alat untuk penanganan lebih lanjut, sehingga kami menyarankan untuk dirujuk ke Sampang,” tutupnya. (ury)