PANGANDARAN, elJabar.com -– Dalam upaya mendorong optimalisasi pariwisata sebagai lokomotif pembangunan, Dewan Kebudayaan Daerah (DKD) Kabupaten Pangandaran, menyelenggarakan Fokus Group Diskusi (FGD) dengan tema “Pangandaran Berkarakter dan Inovatif : Strategi Dewan Kebudayaan Daerah Pangandaran Untuk Optimalisasi Pariwisata Sebagai Lokomotif Pembangunan Dalam Perspektif Lanskap Budaya Sunda Melalui Kajian Patanjala”.
Acara tersebut berbarengan dengan pengukuhan Dewan Kebudayaan Daerah Pangandaran dengan dihadiri langsung Gubernur Jabar terpilih Dedi Mulyadi, yang diselenggarakan pada Jum’at (31/01/2025) di Taman Paamprokan Jalan Pamugaran-Pangandaran-Kabupaten Pangandaran.
Menurut Ketua DKD Pangandaran , Anton Rahanto, FGD ini dibuat untuk menyamakan cara pandang bagaimana membangun masyarakat Pangandaran berkarakter dan inovatif.
“Harapannya adalah terwujudnya masyarakat Pangandaran yang berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi dan bermartabat secara budaya dan masyarakat yang mampu melakukan sesuatu dengan cara baru ataupun berbeda, yang dapat memberikan nilai tambah sehingga dapat mewujudkan ide kreatif menjadi kenyataan,” jelas Anton Rahanto, kepada elJabar.com, Jum’at (31/01/2025), seusai acara diskusi dan silaturahmi.
Kabupaten Pangandaran memiliki luas wilayah sekitar 1.012,16 km2 dan populasi penduduk sekitar 500.000 jiwa. Perekonomian Pangandaran didominasi oleh sektor pariwisata, pertanian, dan perikanan, dengan potensi besar untuk berkembang menjadi pusat ekonomi regional di wilayah selatan Jawa Barat.
“Potensi pariwisata Pangandaran memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata di Jawa Barat, dikenal dengan pantai yang indah dan budaya lokal yang kaya. Namun, perlu diingat bahwa pariwisata harus selaras dengan nilai-nilai budaya local,” ujar Anton.
Pentingnya pengembangan berkarakter untuk memastikan pengembangan pariwisata berkelanjutan, menurut Anton Rahanto, diperlukan strategi yang bisa memperkuat karakter Pangandaran melalui pelestarian dan pengembangan budaya Sunda.
Oleh karena itu tujuan diselenggarakannya FGD ini menurut Anton Rahanto, yakni untuk merumuskan strategi Dewan Kebudayaan Daerah Pangandaran dalam mengoptimalkan pariwisata sebagai lokomotif pembangunan. Kemudian, untuk menghasilkan ide-ide inovatif yang selaras dengan perspektif lanskap budaya Sunda.
“Dan yang ketiga, meningkatkan kolaborasi antara stakeholder pariwisata dan budaya untuk pengembangan Pangandaran,” tandasnya.
Lebih jauh lagi Anton Rahanto menjelaskan tentang perspektif lanskap budaya Sunda, yang meliputi kearifan lokal dan pantanjala.
Menurutnya, lanskap budaya Sunda kaya akan kearifan lokal, seperti Bahasa, Sistem Keorganisasian Masyarakat, Sistem Religi dan Upacara Keagamaan, Sistem Kesenian, Sistem Pengetahuan, Sistem Mata Pencaharian dan Sistem Teknologi dan Peralatan. Ini menurut Anton, aset berharga yang harus dijaga dan dikembangkan.
“Sedangkan Patanjala adalah konsep dalam budaya Sunda yang menekankan pada keseimbangan dan harmoni antara manusia dan alam. Prinsip ini dapat diterapkan dalam pengembangan pariwisata Pangandaran yang berkelanjutan,” jelas Anton.
Dengan upaya maksimal dalam sektor pariwisata, maka diharapkan pertumbuhan ekonomi daerah semakin meningkat, serta penciptaan lapangan kerja baru dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. Sehingga sektor pariwisata ini benar-benar dapat menjadi lokomotif pembangunan.
“Tentu saja ini tidak lepas dari pengembangan berkelanjutan. Yakni membangun pariwisata yang berkelanjutan dan ramah lingkungan,” pungkasnya. (Dani/muis)