Adikarya ParlemenParlemen

. Dilanda Kekeringan, Ribuan Hektar Sawah di Indramayu Terancam Puso

ADHIKARYA PARLEMEN

KAB. INDRAMAYU, elJabar.com — Ribuan hektare sawah dilanda kekeringan parah di wilayah tengah Kabupaten Indramayu sebagai sentra pangan terbesar di Jawa Barat. Tiga kecamatan terparah yang mengalami kekeringan adalah Kecamatan Kroya, Gabuswetan dan Terisi. Ketiga kecamatan itu berada di wilayah tengah Indramayu.

Kekeringan sudah berlangsung sejak awal Juni 2023 lalu. Hingga kini, sudah hampir tiga minggu, kekeringan masih melanda.

Ada sedikitnya 7.000 hektar sawah yang dilanda kekeringan. Usia tanaman padi, antara tiga sampai empat minggu atau satu bulan.

Sehingga para petani mengkhawatirkan, bila sampai akhir bulan Juni 2023 ini tidak ada pasokan air atau hujan, maka dipastikan akan mengalami puso.

Anggota Fraksi Gerindra DPRD Jabar (Dapil Indramayu-Cirebon) H. Kasan Basari,  membenarkan adanya kekeringan yang melanda areal pertanian di wilayah tengah Indramayu.

Ia telah menerima laporan dan keluhan petani. Para petani bahkan kini mulai pasrah dengan ancaman puso di area sawahnya.

“Iya, saat ini sejumlah area persawahan di Indramayu mengalami kekeringan sejak awal Juni. Ada sekitar 7.000 hektare sawah yang kekeringan dan terancam puso,” ujar H. Kasan Basari, kepada elJabar.com, Senin (19/06/2023).

Tidak hanya di Kroya, Gabuswetan dan Terisi, tapi Kasan Basari juga mulai menerima pengaduan di sejumlah kecamatan lain seperti Kandanghaur.

Kasan Basari merasa khawatir, kekeringan akan terus meluas. Sejauh ini upaya petani untuk bisa menerima suplai air belum membuahkan hasil. Padahal wilayah yang kekeringan itu, selama ini dapat suplai air dari Waduk Cipanas. Tapi kondisinya saat ini, kali tersebut kering juga.

“Karena lokasinya ada di tengah, sehingga wilayah ini tidak mendapatkan suplai air. Baik dari Waduk Jatigede maupun saluran irigasi Jatilihur. Kali Cimanuk  gak ada air, kali Cipanas dan Kali Pedati semuanya kering,” ujarnya.

Kasan Basari yang juga merupakan Anggota Komisi 4 DPRD Jawa Barat, meminta pihak terkait untuk melakukan koordinasi dan mengupayakan agar wilayah tersebut dapat suplai air. Dan juga mendorong pihak BBWS Cimanuk Cisanggarung agar segera mengambil sikap, untuk memfungsikan akses air dari waduk Jati Gede.

“Kami berharap BBWS segera ambil sikap. Aliran sungai segera di fungsikan untuk bisa akses air dari waduk Jati Gede mengalir hingga ke pesawahan,” tandasnya.

Pihak BBWS seharusnya sudah bisa mengantisipasi musim kekeringan ini. Karena kekeringan yang melanda ribuan hektar sawah di Indramayu, sudah berlangsung setiap tahun. Sehingga titik mana saja yang harus mendapatkan prioritas suplai air saat kekeringan terjadi.

Normalisasi sungai untuk dapat memperlancar aliran air dari Jati Gede seharusnya dilakukan pihak BBWS jauh-jauh hari. Sehingga saat musim kemarau tiba, tidak ada lagi area pesawahan yang dilanda kekeringan dan terancam puso.

“Ini sangat disayangkan, seharusnya BBWS sudah bisa mengantisipasi jauh-jauh hari. Karena ini sering terjadi setiap tahunnya. Normalisasi sungai seharusnya sudah bisa dimanfaatkan saat musim kemarau datang,” pungkasnya. (muis)

Show More
Back to top button