Uncategorized

HIV AIDS, Malaria dan TBC Masih Menjadi Penyakit Menular Yang Menjadi Prioritas Program Kesehatan

SUMEDANG,eljabar.com — HIV AIDS, Malaria dan TBC Masih Menjadi Penyakit Menular Yang Menjadi Prioritas Program Kesehatan Hingga saat ini, penyakit Tuberkulosis (TBC) merupakan satu dari tiga penyakit menular selain HIV AIDS dan Malaria yang mendapat perhatian utama masyarakat dunia termasuk Indonesia. Besarnya jumlah yang terkena penyakit serta tingkat kesakitan dan kematian yang diakibatkan dari ketiga penyakit tersebut pun telah menyebabkan ketiga penyakit itu tetap menjadi prioritas program kesehatan.

Sebagaimana diungkapkan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Kab. Sumedang, dr. Reni Kurniawati Anton ketika didapuk menjadi Ketua Panitia Gebyar Hari Tuberkulosis se-Dunia yang diselenggarakan di Puskesmas Sawahdadap Kecamatan Cimanggung, Senin, (2/4/18), besarnya tantangan dalam penanggulangan penyakit TB dapat dilihat dari hasil survei prevalensi Tuberkulosis Kementerian Kesehatan tahun 2013-2014, dimana angka insiden TBC adalah 399 per 100 ribu penduduk, dan angka prevalensi TBC sebesar 647 per 100 ribu penduduk.photostudio_1522661693126

“Dari angka tersebut, jika jumlah penduduk Indonesia berkisar 250 juta orang, maka telah diperkirakan ada sekitar 1 juta pasien TBC baru dan ada sekitar 1,6 juta pasien TBC setiap tahunnya, sedangkan jumlah kematian karena TBC ada sekitar 100 ribu orang per tahun, atau 273 orang per harinya,” ungkapnya.

Dengan kondisi demikian, lanjut Reni, telah menyebabkan Indonesia menempati peringkat ke 2 negara yang memiliki beban TBC tinggi di dunia setelah India.

Sementara itu, Kondisi eksisting kasus TBC yang terjadi di Kab. Sumedang, masih menurut Reni, berdasarkan data yang ada di Dinas Kesehatan Kab. Sumedang tahun 2017, angka kasus TBC baru yang ditemukan hanya 59,18 persen dari total 1.227 kasus TBC. “Berdasarkan data tersebut berarti masih ada sekitar 501 atau 40,83 persen kasus TBC baru yang masih belum ditemukan, diobati dan dilaporkan, sehingga masih besar resiko penularan yang akan terjadi,” paparnya.

“Oleh karena itu, terjalinnya kerja sama yang baik antara pemerintah, sektor swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)/Civil Society Organization (CSO) sangatlah diperlukan, sehingga diharapkan dapat mendorong peningkatan penemuan kasus TBC, agar TBC dapat segera didiagnosis dan diobati sampai sembuh,” tandasnya.

Dengan demikian, Peringatan Hari TBC sedunia seperti yang diselenggarakannya saat itu dianggap sebagai sebuah kesempatan untuk meningkatkan kampanye dengan penyebarluasan informasi terkait TBC, serta sebagai media ajakan kepada seluruh elemen untuk terlibat aktif dalam pencegahan dan pengendalian Tuberkulosis, khususnya di wilayah Kab. Sumedang.

Dalam kesempatan tersebut, Pjs. Bupati Sumedang, H. Sumarwan HS yang hadir bersama unsur Kejaksaan Negeri Sumedang, Ketua Komisi C DPRD, Kepala Dinas Kesehatan, para Camat dan Kepala Desa se-Kecamatan Cimanggung dalam sambutannya mengatakan, momentum Peringatan Hari Tuberkulosis yang dihelat saat itu dianggapnya sebagai momentum kampanye penanggulangan penyakit TBC kepada masyarakat, sekaligus mengajak untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

“Sebetulnya, timbulnya suatu penyakit adalah merupakan tanda yang seharusnya kita perhatikan, yaitu pentingnya kebersihan dan perilaku sehat. Kalau sakit, berarti faktor kebersihan dan perilaku hidup kita tidak sehat. Kita pun harus tahu perilaku apa saja yang bisa memicu sakit, diantaranya saja adalah merokok,” tukasnya.

Berkaitan dengan penyakit TBC, dituturkan Sumarwan bahwa sampai dengan saat ini paradigma berkembang di masyarakat, TBC merupakan suatu penyakit “kutukan” atau penyakit yang disebabkan oleh kurang gizi. “TBC itu bisa disembuhkan asalkan pengobatannya harus tuntas. Seringnya TBC disebut penyakit kutukan juga telah menjadikan orang yang terkena penyakit (TBC) enggan untuk memeriksakan dirinya ke Rumah Sakit,” tuturnya.

“Atas dasar hal tersebut, maka momentum saat ini adalah saat yang paling tepat untuk memberikan informasi tentang TBC secara masif kepada masyarakat, sehingga kesadaran dan kepedulian masyarakat tentang pencegahan, penularan, pemeriksaan dan pengobatan TBC yang berkualitas dapat dengan tepat menemui sasaran,” tukasnya.

Pada Gebyar Hari Tuberkulosis sedunia tahun 2018 saat itu, diselenggarakan pula launching Intervensi Holistik Integratif Stunting dengan pemberian obat pencegahan massal kecacingan. Kegiatan tersebut pun menurut rencana akan dilaksanakan sebanyak 2 siklus, yaitu pada bulan April dan bulan Oktober 2018 di 10 desa intervensi di Kab. Sumedang, yaitu Desa Cimarga, Malaka, Ungkal, Mekarsari, Cijeruk, Cilembu, Mekarbakti, Sukahayu, Margamukti dan Kebonkalapa.(abas/ arip)

Show More
Back to top button