“Apalagi kalau gratis, tidak bayar. Mungkin kami akan diusir gak boleh berjualan. Kan ini acara setahun sekali, kemudian bukan acara satu kelompok atau organisasi. Melainkan acara Pramuka,” ujarnya.
Hal senada dikatakan guru pembimbing menurutnya meski menjadi guru tetapi tetap dimintai tiket masuk dan tiket parkir. Bahkan tiga hari dirinya keluar masuk lokasi Jamran harus membayar tiket parkir.
“Kan dimana-mana juga kalau pembimbing mendapatkan akses khusus, contoh setingkat Buper Kirpay juga, saya berkali kali keluar masuk tidak pernah bayar. Karena saya memakai seragam pramuka lengkap dan bertugas membimbing anak anak. Coba kalau kata pembimbing gak mau di Tempat ini, kan bisa jadi dibatalkan,” ujarnya.
Sementara itu, Totoh selaku pengelola acara Jamran di Wisata Alam Panenjoan mengatakan jika kekisruhan yang terjadi di Jamran Rancakalong sudah diclearkan dan sudah dimusyawarahkan. Bahkan, pihak pengelola sudah memanggil beberapa pedagang yang merasa dirugikan atas kejadian ini. Termasuk guru pembimbing dan Pengunjung dalam hal ini perwakilan orang tua peserta Jamran.