Adikarya ParlemenParlemen

Keseimbangan Antara Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Kondisi Lingkungan

ADIKARYA PARLEMEN

BANDUNG, elJabar.com – Dari perspektif etika lingkungan, kemulusan dan luasnya kapasitas jalan akan mngundang polusi serta kerusakan yang parah dan berkepanjangan terhadap lingkungan. Karena jalan dianggap sebagai fasilitator bagi kendaraan bermotor yang banyak menghasilkan jenis polutan di udara.

Dan polutan yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor, diantaranya karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), hidro karbon (HC) dan partikel debu yang terdiri dari debu dan timah hitam (Pb). Ini semua ada dalam panduan yang mengacu pada PP No. 41 th 1999 tentang Pengendalian Pencemar Udara, sebagai pencemar udara.

Sehingga menurut Anggota Komisi 4 DPRD Jawa Barat, Kasan Basari, sudah seharusnya dalam pelaksanaan pembangunan jalan dilakukan melalui upaya pendekatan yang berwawasan lingkungan.

Salah satu upaya pembangunan jalan yang berwawasan lingkungan adalah dengan menerapkan konsep Green Roads atau jalan ramah lingkungan, yang memperhatikan tiga aspek. Yaitu aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.

“Konteks green road ini mencakup tahap pembiayaan, perencanaan, desain, konstruksi, dan pemeliharaan jalan, serta penanganan dampak perubahan iklim,” ujar Kasan Basari, kepada elJabar.com.

Secara teknis dalam pembangunan green roads dikenal beberapa prinsip penting, yaitu meminimalkan pemanfaatan energi dan air, mengurangi penggunaan sumber daya alam tak terbarukan, desain dan material yang meminimalkan dampak lingkungan.

Beberapa contoh penerapan green road, pertama yaitu mengoptimalkan wilayah di sekitar jalan sebagai daerah tangkapan dan resapan air. Kemudian memanfaatkan materi daur ulang untuk meminimalkan bahan buangan, dan mereduksi energi dalam pembuatan jalan.

Penggunaan aspal daur ulang merupakan alternatif bijak untuk mengurangi pengguanaan material baru. Ini juga sebagai bentuk tanggungjawab terhadap kondisi lingkungan yang sudah banyak tercemar.

“Tentunya metode ini lebih ramah lingkungan, karena mengkonsumsi lebih sedikit energi dan menghasilkan lebih sedikit limbah,” jelas Kasan Basari.

Kemudian penerapan green roads yang paling mudah dilakukan adalah penghijauan di sekitar jalan. Pohon-pohon sebagai penyuplai oksigen dianggap manjur untuk mengurangi pencemaran karbon.

Lalu berikutnya, yaitu  pemanfaatan teknologi rumput beton vetiver di lereng jalan, untuk menangani masalah erosi dangkal.

Saat ini telah banyak dikembangkan teknologi pembangunan jalan seperti alat berat, teknik desain, material bahkan teknologi kelengkapan jalan seperti dinding peredam kebisingan, teknologi pembatas jalan, dan lain-lain.

Puslitbang Jalan dan Jembatan telah mengembangkan teknologi yang berkaitan dengan kriteria green roads. Selain untuk pelestarian lingkungan, teknologi-teknologi tersebut diciptakan untuk meningkatkan kualitas infrastruktur jalan serta meningkatkan keselamatan pengendara.

“Namun pada kenyataannya, penerapan teknologi masih sangat minim dilakukan. Maka yang seharusnya dilakukan adalah mendorong penerapannya dalam pembangunan jalan,” ujarnya.

Sementara itu, apabila bicara kualitas infrastruktur jalan, maka daya saing kualitas jalan nasional merupakan indikator penting dalam mengevaluasi, dan melihat sejauh mana kinerja penyelenggara jalan saat ini.

Kualitas infrastruktur jalan juga berdampak pada kinerja logistik nasional. Negara-negara dengan kinerja logistik yang lebih baik akan dapat berkembang lebih cepat, menjadi lebih kompetitif dan akhirnya akan lebih menarik bagi investasi.

Indonesia dikelompokkan kedalam kelompok negara-negara berpenghasilan menengah bawah, dimana negara-negara yang berada dalam kelompok ini umumnya menunjukkan kinerja logistik parsial.

“Namun demikian, antara pemenuhan kebutuhan infrastruktur jalan dan pemeliharaan terhadap kondisi lingkungan, juga harus sejalan. Sehingga dampak dari pembangunan infrastruktur jalan ini, tidak menimbulkan dampak yang lebih parah bagi lingkungan,” pungkasnya. (muis)

Show More
Back to top button