Adikarya ParlemenParlemen

Kondisi Infrastruktur Pengairan di Jawa Barat dan Rencana Pembangunan ke Depan

ADHIKARYA PARLEMEN

BANDUNG, elJabar.com — Jawa Barat, sebagai salah satu provinsi dengan sektor pertanian terbesar di Indonesia, sangat bergantung pada infrastruktur pengairan yang handal untuk mendukung produktivitas pertanian.

Namun kondisi sebagian besar jaringan irigasi di wilayah Jawa Barat ini, kini menghadapi berbagai tantangan. Mulai dari kerusakan fisik, pendangkalan saluran, hingga kurangnya sistem pemeliharaan yang berkelanjutan.

Menurut data dari Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi Jawa Barat, lebih dari 40% jaringan irigasi teknis dalam kondisi kurang layak. Banyak di antaranya mengalami kerusakan akibat usia yang sudah tua dan kurangnya perawatan rutin.

Sedangkan saluran primer dan sekunder yang mengairi lahan-lahan pertanian di wilayah Pantura, Priangan Timur, dan sebagian wilayah Cianjur dan Sukabumi, menurut Anggota Komisi 4 DPRD Jawa Barat, Daddy Rohanadi, tidak lagi mampu mengalirkan air secara optimal.

Salah satu kasus yang menonjol adalah kerusakan pada jaringan irigasi Tarum Barat yang menyuplai air ke ribuan hektare sawah di wilayah Karawang, Bekasi, dan sebagian Subang.

“Dampaknya, para petani kerap mengalami kekurangan pasokan air, terutama saat musim kemarau panjang. Kerusakan tanggul, kebocoran saluran, dan sedimentasi menyebabkan aliran air menjadi tidak stabil, mengancam produktivitas pertanian yang selama ini menjadi andalan daerah tersebut,” ungkap Daddy Rohanadi, kepada elJabar.com.

Pada tahun 2024, Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menyusun rencana pembangunan dan rehabilitasi infrastruktur pengairan yang berskala besar untuk lima tahun ke depan. Program ini mencakup perbaikan dan modernisasi sistem irigasi teknis, pembangunan bendungan baru, serta digitalisasi pengelolaan air.

Rencananya akan memulai rehabilitasi terhadap 10 Daerah Irigasi (DI) prioritas dengan total cakupan lebih dari 70.000 hektare. Diantaranya adalah DI Rentang, DI Walahar, dan DI Cibeet.

“Fokus utama pembangunan diarahkan pada wilayah-wilayah pertanian strategis yang menyumbang besar terhadap produksi pangan nasional,” kata Daddy.

Selain itu, proyek pembangunan Bendungan Cipanas di Sumedang dan Bendungan Leuwikeris di Tasikmalaya juga menjadi bagian penting dari upaya meningkatkan kapasitas pengairan di wilayah tengah dan selatan Jawa Barat.

Bendungan ini diharapkan tidak hanya menjadi sumber air irigasi, tetapi juga berfungsi sebagai penyedia air baku dan pengendali banjir.

Pemerintah juga akan menerapkan teknologi irigasi presisi berbasis Internet of Things (IoT) untuk memonitor debit dan distribusi air secara real-time.

“Langkah ini sangat bagus, agar bisa meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam pengelolaan sumber daya air,” ujarnya.

Daddy Rohanadi yang juga merupakan Anggota Fraksi Gerindra DPRD Jawa Barat, menegaskan pentingnya kolaborasi dengan petani dan kelompok pengguna air (P3A) dalam menjaga keberlanjutan infrastruktur pengairan.

Program revitalisasi tersebut harus diiringi dengan pelatihan manajemen irigasi dan peningkatan kapasitas SDM lokal. Diharapkan, petani tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga turut berperan aktif dalam pengawasan dan pemeliharaan jaringan irigasi.

“Meski tantangan yang dihadapi tidak ringan, kita memang harus optimistis bahwa melalui sinergi antar pihak dan dukungan pendanaan dari pusat maupun luar negeri, sistem pengairan di Jawa Barat akan kembali menjadi tulang punggung pertanian yang tangguh dan berkelanjutan,” pungkasnya. (muis)

Show More
Back to top button