Konservasi Alam Jawa Barat: Komitmen Melestarikan Warisan Alam Demi Generasi Mendatang

ADHIKARYA PARLEMEN
BANDUNG, elJabar.com – Jawa Barat dikenal sebagai provinsi dengan bentang alam yang kaya dan beragam. Dari kawasan hutan pegunungan, danau alami, sungai besar, hingga ekosistem pesisir dan laut selatan yang eksotis.
Namun, pesatnya pembangunan, alih fungsi lahan, serta eksploitasi sumber daya alam yang tak berkelanjutan membuat isu konservasi semakin mendesak untuk ditangani secara sistematis dan tegas.
Wakil Ketua Komisi 2 DPRD Jawa Barat, Lina Ruslinawati, menegaskan bahwa konservasi alam bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Jawa Barat menghadapi tantangan dan peluang dalam menjaga kekayaan alamnya.
“Kalau kita tidak bertindak sekarang, kita akan mewariskan kehancuran kepada anak cucu kita. Bencana ekologi seperti banjir, longsor, hingga kekeringan ekstrem adalah efek domino dari pengabaian konservasi lingkungan,” ujar Lina Ruslinawati, kepada elJabar.com.
Sebagai Wakil Ketua Komisi 2 yang membidangi ekonomi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup, Lina menyoroti ketidakseimbangan antara pembangunan infrastruktur dan daya dukung lingkungan.
“Kita butuh jalan dan industri, iya. Tapi kita juga butuh oksigen, air bersih, dan tanah subur. Maka konservasi harus jadi bagian integral dari rencana pembangunan,” tegasnya.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat saat ini tengah mengintensifkan program-program konservasi melalui berbagai skema, antara lain: Pertama, Revitalisasi Kawasan Hutan Lindung dan Taman Nasional. Sejumlah kawasan seperti Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Taman Nasional Halimun Salak, dan Cagar Alam Kamojang mendapatkan perhatian ekstra dalam program reboisasi dan patroli rutin.
Kedua, Penerapan Sistem Agroforestry di Kawasan Penyangga. Program integrasi hutan dan pertanian melalui agroforestry mulai diperkenalkan kepada masyarakat sekitar kawasan konservasi agar mereka tetap dapat hidup dari tanah tanpa merusak hutan.
Ketiga, Pemberdayaan Masyarakat Adat dan Lokal. Menurut Lina, pelibatan masyarakat lokal menjadi kunci dalam konservasi.
“Mereka yang hidup berdampingan dengan hutan jauh lebih tahu bagaimana cara merawatnya. Kita harus dengarkan dan libatkan mereka,” ucapnya.
Lina Ruslinawati menekankan bahwa DPRD memiliki peran penting dalam mendukung konservasi alam melalui tiga fungsi utamanya: penganggaran, legislasi, dan pengawasan.
Diakui Lina, salah satu tantangan terbesar konservasi alam adalah tarik-menarik antara kepentingan investasi dan perlindungan lingkungan. Banyak investor mengincar lahan di kawasan rawan bencana atau wilayah penyangga hutan untuk pembangunan industri atau pariwisata.
“Sebagian pihak masih memandang lingkungan hanya sebagai hambatan. Padahal, konservasi justru adalah penopang jangka panjang ekonomi,” ujar Lina.
Lina Ruslinawati juga menekankan pentingnya pelibatan generasi muda dan dunia pendidikan dalam konservasi alam. Ia menyayangkan rendahnya literasi lingkungan di sekolah dan kampus.
“Kita perlu memasukkan kurikulum berbasis konservasi ke dalam pendidikan dasar hingga tinggi. Bukan hanya teori, tapi juga praktik lapangan,” ujarnya.
Ia juga mendorong program-program seperti “Sekolah Adiwiyata”, pelatihan duta lingkungan muda, dan kampanye konservasi digital di media sosial.
“Generasi muda hari ini adalah pengambil keputusan di masa depan. Kalau mereka abai, masa depan lingkungan kita gelap,” kata Lina.
Lina juga menyampaikan harapannya, agar semua elemen masyarakat – pemerintah, swasta, akademisi, tokoh adat, LSM, dan warga – bersatu dalam agenda konservasi.
Ia mengajak masyarakat untuk aktif melaporkan praktik perusakan lingkungan, menanam pohon, mengurangi sampah plastik, serta mendukung produk dan wisata yang berbasis ramah lingkungan.
“Ini bukan soal hutan, sungai, atau binatang langka semata. Ini soal keberlangsungan hidup kita sebagai manusia. Alam Jawa Barat telah memberi kita kehidupan, sekarang giliran kita menjaga dan merawatnya,” tandasnya.
Jawa Barat berada pada titik kritis dalam upaya menjaga alamnya. Di tengah tekanan pembangunan dan pertumbuhan penduduk, konservasi menjadi benteng terakhir yang memastikan kelangsungan sumber daya alam untuk generasi mendatang.
Dengan komitmen politik yang kuat, legislasi yang berpihak, anggaran yang memadai, dan partisipasi masyarakat yang tinggi, Jawa Barat memiliki peluang besar menjadi model provinsi hijau di Indonesia.
“Alam yang lestari bukan mimpi jika kita semua mau bergerak bersama,” pungkasnya. (muis)







