ADIKARYA PARLEMEN
BANDUNG, elJabar.com — Kemantapan jalan merupakan kunci dalam menjamin kelancaran mobilitas orang dan barang yang akan berpengaruh terhadap efisiensi waktu dan biaya, kenyamanan dan keselamatan pengguna jalan.
Kondisi jalan nasional di Indonesia saat ini memang cukup baik tingkat kemantapannya. Meskipun begitu, perlu sedikit upaya agar mencapai kemantapan maksimal pada tahun 2024 ini.
Posisi penting jalan nasional mempunyai peran yang vital dalam melayani pergerakan nasional. Untuk mengoptimalkan peran Pusat Kegiatan Nasional, tentunya memerlukan dukungan jalan nasional.
Tetapi disamping itu, diperlukan pemeliharaan secara berkala agar kemantapan jalan nasional tetap terjaga. Akan tetapi, kondisi ini belum dirasakan pada jalan daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
Seperti yang kita tahu, jalan merupakan sebuah sistem jaringan yang terstruktur dan terintegrasi satu sama lain. Kemantapan jalan daerah penting untuk mendukung fungsi jalan nasional dengan menghubungkan daerah-daerah pusat kegiatan wilayah.
Salah satu contoh dampak dari buruknya jalan daerah menurut Anggota Komisi 4 DPRD Jawa Barat, Daddy Rohanadi, adalah terganggunya kegiatan logistik. Integrasi jalan nasional dan jalan daerah sangat penting untuk keberlangsungan kegiatan industri, dimana jalan daerah melayani pusat bahan mentah dan produksi.
“Sedangkan jalan nasional melayani kota-kota besar sebagai pusat perdagangan, serta outlet-outlet logistik seperti pelabuhan,” ujar Daddy Rohanadi, kepada elJabar.com.
Terhambatnya pengangkutan bahan mentah ke lokasi pengolahan dapat mengganggu ‘supply chain’ pada sistem logistik secara keseluruhan.
Maka antisipasi kerusakan jalan sudah harus dipertimbangkan pada saat perencanaan dan konstruksi. Pembangunan jalan baru harus mempertimbangkan umur rencana (design life) yang lebih lama, serta mampu menahan beban dan pengaruh cuaca.
“Design life jalan selama ini relatif pendek, yaitu hanya pada kisaran 10 tahun. Antisipasi sejak masa konstruksi dapat mengurangi resiko kerusakan jalan dalam jangka pendek,” katanya.
Kegiatan perbaikan jalan yang dilakukan terus menerus akibat rusaknya jalan dalam jangka waktu pendek, akan memakan biaya yang lebih besar. Sehingga antisipasi terhadap kerusakan jalan sejak proses konstruksi perlu dilakukan, agar dapat menghemat biaya perawatan jalan.
Maka preservasi perkerasan jalan merupakan pendekatan pro-aktif dalam mempertahankan kondisi jaringan jalan yang ada. Penerapannya memungkinkan mengurangi pelaksanaan proyek-proyek rehabilitasi dan rekonstruksi yang mahal, lama dan mengganggu kelancaran lalu lintas.
Dengan menerapkan kegiatan preservasi secara tepat waktu, pembina jalan dapat menyediakan kinerja pelayanan jaringan jalan, dengan mobilitas yang tinggi, keselamatan jalan yang lebih baik, penurunan kemacetan, serta perkerasan yang lebih baik dan berumur lebih panjang.
“Hal inilah yang seharusnya menjadi tujuan yang harus dicapai dari kegiatan preservasi perkerasan jalan. Termasuk jalan daerah,” tandasnya.
Program preservasi perkerasan jalan pada dasarnya terdiri dari 3 komponen, yaitu : pemeliharaan preventif, rehabilitasi minor/non-struktural dan beberapa kegiatan pemeliharaan rutin lainnya.
Suatu program preservasi perkerasan jalan yang efektif akan memberikan beberapa manfaat, yaitu mempreservasi dana investasi pada jaringan jalan yang dibangun, meningkatkan kinerja pelayanan perkerasan, menjamin efisiensi pengalokasian dana pembiayaan jalan serta memperpanjang umur pelayanan perkerasan jalan.
“Ya, preservasi ini untuk memperpanjang umur jalan. Juga untuk mengurangi hambatan perjalanan, meningkatkan mobilitas pergerakan orang dan barang, serta meningkatkan keselamatan perjalanan,” pungkasnya. (muis)