Adikarya ParlemenParlemen

Menjaga Stabilitas Ekonomi Pasca Pandemi

ADIKARYA PARLEMEN

BANDUNG, elJabar.com – Dua tahun lebih pandemi berlangsung, dampaknya memang sudah dirasakan hampir seluruh sektor usaha. Pandemi ini, terutama dirasakan sekali sudah menggerus perekonomian masyarakat bawah.

Meskipun masih berada dalam situasi pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19, saat ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat terus gencar memfasilitasi pelaku ekspor agar kinerjanya tetap terjaga.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat, setidaknya mencatat persentase pelaku usaha di Jabar yang mendapatkan pelayanan urusan perdagangan di Instansi Penerbit Surat Keterangan Asal (IPSKA), mencapai 100 persen pada akhir 2021.

Namun seluruh IPSKA di Jawa Barat pada September 2021 mengalami penurunan penerbitan form dibandingkan Agustus 2021. Kecuali Kabupaten Bogor, Kabupaten dan Kota Sukabumi, Kabupaten dan Kota Cirebon.

Anggota Komisi 2 DPRD Jawa Barat, Mirza Agam, menyambut positif atas catatan tersebut. Tapi Agam juga mendorong Dinas Perindag Jabar agar terus menggelar sejumlah kegiatan, untuk menjaga stabilitas kinerja perdagangan supaya tetap menguat selama pandemi.

“Patut kita apresiasi capaian ini. Namun kita juga terus mendorong supaya Dinas Perindag jangan sampai kendor menggelar sejumlah kegiatan. Ini untuk menjaga stabilitas kinerja, supaya tetap menguat selama pandemi,” ujarnya kepada elJabar.com.

Dinas Perindag Jabar juga secara reguler menggelar FGD hingga webinar dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait, sekaligus sarana untuk membuka wawasan bagi para peserta, terkait perdagangan luar negeri.

“Ini langkah positif, sepanjang tahun 2020 sampai 2021. Kita berharap untuk tahun 2022 sekarang ini, lebih gencar lagi,” katanya.

Pasca pemberlakuan PPKM Darurat dan kenaikan kasus Covid-19, kinerja ekspor non migas Jawa Barat terus bergerak naik. Ditopang upaya Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang terus membuka banyak peluang ekspor di masa pandemi.

Apabila melihat catatan tahun lalu, nilai ekspor non-migas di bulan September 2021 mengalami peningkatan 2,07 persen dari bulan Agustus 2021.

“Itu catatan sepanjang 2021. Terjadi peningkatan secara berangsur. Kita terus mendorong, supaya di tahun 2022 hingga kedepannya lebih meningkat lagi,” ujarnya.

Namun Agam juga mengingatkan, bahwa kunci pemulihan ekonomi bukan sekadar keberhasilan mengatasi pandemi Covid-19 melalui vaksinasi dan protokol kesehatan.

Tapi juga bergantung kepada keberhasilan menjaga stabilitas ekonomi, politik, dan keamanan serta stabilitas sistem keuangan. Termasuk masalah kelangkaan bahan pokok, seperti kelangkaan minyak goreng beberapa waktu kebelakang. Dan begitu muncul, harganya melonjak.

“Masalah yang seperti ini juga, harus dipikirkan. Karena ini juga terkait dengan masalah ril kebutuhan ekonomi masyarakat,” terangnya.

Sejumlah badan yang dibentuk khusus untuk pemulihan kondisi ekonomi dimasa pandemi dan pasca pandemi, hendaknya memperlihatkan kinerja yang menonjol. Kalau tidak ada perubahan signifikan, apa bedanya keberadaan badan atau komite yang dibentuk tersebut, dengan SKPD terkait.

“Tunjukan hasil kinerjanya. Jangan sampai bisanya comot data SKPD terkait, dan kinerjanya nihil. Percuma saja kan, dibentuk juga. Ini pemulihan ekonomi, tunjukan keberhasilan dalam pemulihan dibidang ekonomi. Bukan cuma vaksinasi aja,” pungkasnya. (muis)

Show More
Back to top button