ADHIKARYA PARLEMEN
INDRAMAYU, elJabar.com — Kabupaten Indramayu mempunyai daya tarik wisata yang cukup potensial karena kekayaan alam, tradisi, seni budaya dan sejarah.
Wilayah Kabupaten Indramayu terletak di bagian utara Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Kabupaten Indramayu berjarak sekitar 52 Km barat laut dari Kota Cirebon, 144 Km dari Kota Bandung melalui Sumedang, serta 205 Km dari Jakarta ke arah timur.
Seluruh wilayahnya merupakan dataran rendah hingga pesisir. Ada beberapa daerah yang memiliki perbukitan terutama di perbatasan Kabupaten Sumedang yaitu Dusun Ciwado, Desa Cikawung, Kecamatan Terisi, dan sebagian lagi Desa Sanca, Kecamatan Gantar.
Letak Kabupaten Indramayu yang berada di pesisir pantai sangat berpotensi menjadi daerah wisata. Beberapa potensi pariwisata telah dikembangkan, di antaranya Pantai Karangsong dan kawasan hutan mangrove.
Letak Kabupaten Indramayu yang berada di pesisir pantai sangat berpotensi menjadi daerah wisata. Beberapa potensi pariwisata telah dikembangkan, di antaranya Pantai Karangsong dan kawasan hutan mangrove.
Melihat potensi alam yang sangat luar biasa, Anggota Komisi 4 DPRD Jawa Barat yang juga berasal dari Dapil Indramayu-Cirebon, H. Kasan Basari, menilai konsep Eco-Museum sangat tepat untuk diimplementasikan di Pantai Karangsong dan hutan mangrove Indramayu.
“Langkah yang sangat tepat. Eco Museum menjadi langkah dinamis untuk melestarikan ekowisata yang telah digagas oleh masyarakat di pesisir Kabupaten Indramayu,” ujar Kasan Basari, kepada elJabar.com.
Karena termasuk dalam wilayah pesisir utara pulau Jawa, Pantai Karangsong memiliki karakteristik ombak yang landai, berpasir cokelat, dan bercampur lumpur. Meski lautnya terbilang cukup tenang, jenis pantai seperti ini memang kurang cocok untuk bermain snorkeling atau menyelam.
“Namun, kondisi tersebut justru sangat memungkinkan untuk ditumbuhi mangrove yang berfungsi sebagai penahan abrasi, peredam tsunami, juga menjadi habitat burung dan ikan,” katanya.
Pantai Karangsong tidak hanya menawarkan pesona dan pemandangan yang indah, tapi juga menyuguhkan kesibukan nelayan yang sedang membongkar ikan hasil tangkapan. Hal unik lainnya ialah di sepanjang perjalanan menuju Pantai Karangsong, pengunjung dapat menyaksikan aktivitas pekerja dan perajin yang tengah memahat perahu atau kapal untuk dipakai melaut.
Panjang pantai sekitar 147 Km, terbentang dari perbatasan Kabupaten Cirebon hingga Kabupaten Subang. Sayangnya, kurang lebih 42,6 Km pantai mengalami abrasi, bahkan sebagian telah terkubur sehingga menyebabkan ratusan orang beralih tempat tinggal dan pohon mangrove yang ditanam rusak terkena hantaman ombak.
“Hal inilah yang mendorong inisiatif warga untuk mereboisasi mangrove secara masif pada 2008 silam, sekaligus melindungi tambak. Programnya fokus pada pelestarian mangrove, konservasi keanekaragaman hayati, perubahan iklim, ekowisata, dan pemberdayaan masyarakat,” jelas Kasan Basari.
Upaya ini berhasil menumbuhkan kembali hutan mangrove seluas 20 hektar dan saat ini difungsikan sebagai tempat wisata dan pelindung dari ganasnya ombak laut yang bisa mengikis daerah di sekitar bibir pantai.
Lebatnya hutan mangrove punya andil bagi kelangsungan hidup berbagai spesies satwa dan biota laut lainnya. Hutan mangrove juga berfungsi sebagai penahan abrasi dan peredam tsunami.
“Ini menandakan betapa hutan mangrove berperan besar bagi pantai, habitat hewan, dan warga sekitar,” tandasnya.
Berdasarkan data Tim Konservasi Keanekaragaman Hayati, Monitoring dan Evaluasi Keanekaragaman Hayati Konservasi Mangrove Karangsong, terdapat beberapa jenis burung yang bisa dijumpai di kawasan mangrove, seperti burung kuntul besar, kowak malam kelabu, blekok sawah, kuntul karang, cangak merah, dara laut sayap hitam, dan lainnya.
Konsep Eco-museum dinilai tepat untuk diimplementasikan di Pantai Karangsong dan hutan mangrove. Eco-museum menjadi langkah dinamis untuk melestarikan ekowisata yang telah digagas oleh masyarakat di pesisir Kabupaten Indramayu.
Model pengelolaan atau konsep Eco-museum dapat digunakan untuk melindungi Pantai Karangsong dan hutan mangrove, meliputi kawasan, lingkungan alam, dan masyarakat lokal.
“Konsep Eco-museum akan memberdayakan masyarakat, terutama dalam aspek budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan, dan pariwisata,” ungkapnya.
Dengan mempertimbangkan berbagai aspek sumber daya budaya masa lalu, sumber daya alam, dan sumber daya masyarakat saat ini, masyarakat perlu memahami konsep Eco-museum di Kabupaten Indramayu dan menetapkan model pengelolaan museum ekologi dalam kerangka pemanfaatan Pantai Karangsong dan hutan mangrove.
“Tak hanya melindungi kawasan pantai dan hutan mangrove, konsep Eco-museum juga bermanfaat untuk menjaga budaya lokal, mengembangkan ekowisata, dan mengembangkan bidang penelitian,” pungkasnya. (muis)