Uncategorized

Parade Festival Barong Bakal Warnai Peringatan HJS ke-440

JATINANGOR,eljabar.com — Upaya menyambut Hari Jadi Sumedang (HJS) ke 440, persatuan komunitas budaya Sukma Sajati berencana menggelar parade festival kreasi barong jilid II tahun 2018 yang akan dilaksanakan di Bumi Perkemahan (Buper) Kiara payung Kecamatan Sukasari.

Parade festival tersebut akan dilaksanakan pada hari Minggu (15/04) berkat kerjasama antara paguyuban Sukma Sajati dengan lingkungan seni barong reak.

“Sebanyak 120 peserta dari lingkung seni reak se-Kabupaten Sumedang, Bandung dan kota-kota yang ada di Jawa Barat siap menyukseskan acara tersebut, yang akan memperebutkan hadiah senilai Rp15 juta rupiah,” ujar ketua persatuan komunitas budaya Sukma Sajati, Jlo Joko Loyor kepada Eljabar.com seusai melakukan pertemuan dengan para pelaku seni di taman Loji Jatinangor. Selasa (27/03).

Joko mengatakan, selain untuk mengembangkan potensi budaya dan meningkatkan kreativitas antar penggiat seni. Parade digelar, untuk mengikat seniman khusus seniman Barong untuk bersama-sama menjaga seni Buhun yang masih ada sampai saat ini.

“Kebetulan berbarengan dengan lahirnya kota Sumedang. Sehingga sekalian saja Mapag hari jadi,” ujarnya.

Joko menjelaskan, momentum perayaan HJS selama ini, selalu difokuskan disekitar kota Sumedang saja dan tidak digelar secara menyeluruh. Sehingga, banyak masyarakat seperti diwilayah Jatinangor yang tidak mengetahui kapan Milad Kabupaten Sumedang.

“Seharusnya dilakukan secara merata agar bisa diketahui oleh masyarakat secara menyeluruh, dan kami (paguyuban Sukma Sajati red) mengambil inisiatif menggelar kegiatan dengan biaya swadaya tidak mengandalkan anggaran yang turun dari pemerintah,” ujarnya.

Seharusnya, kata Joko, pemerintah harus cepat tanggap dengan berbagai kegiatan yang terfokus untuk melestarikan budaya karena sesuai moto/slogan yakni Sumedang Puseur Budaya Sunda (SPBS).

“Kami sering menggelar kegiatan dengan melibatkan seluruh pelaku seni. Toh nyatanya tidak ada apresiasi dari pemerintah melalui Dinas terkait,” katanya.

Menurutnya, pemerintah jangan tutup mata dengan kondisi ini, karena dengan adanya moment acara besar seperti pentas budaya. Selain melestarikan budaya juga dapat membantu para pelaku UMKM.

“Mereka bisa terlibat untuk berdagang dan bisa memberi penghasilan bagi mereka,” ucapnya.

Kendati demikian, lanjut Joko, pihaknya kerap mendapat dukungan dari ketua dewan pembina Sukma Sajati sekaligus anggota DPR RI, Maruarar Sirait yang sangat mencintai seni budaya Sunda padahal beliau bukan orang Sunda melainkan bersuku Batak.

“Kifrah beliau dalam mengembangkan budaya tidak diragukan lagi banyak yang telah dikeluarkan untuk terselenggaranya kegiatan yang digagas Sukma sajati. Bahkan, kedepan kami akan menggelar acara religi menjelang bulan romadhon dan Pasanggiri pancak silat kedua se-Jawa Barat,” katanya.

Ia pun berharap, bisa terus konsisten mengembangkan potensi budaya disetiap daerah. Apalagi Sukma Sajati mempunyai moto ‘Budaya Sunda Ngadunya”.

Sementara salah seorang Pelaku seni asal Cimanggung, Aceng Lukman Sonjaya merasa terbantu dengan komunitas budaya Sukma Sajati karena dapat menjaga dan melestarikan budaya Buhun agar tidak punah.

“Saya apresiasi keberadaan komunitas Sukma Sajati yang benar-benar konsisten membatu memperkenalkan dan mendidik generasi muda untuk peduli terdapat kelangsungan budaya,” ujarnya kepada Eljabar.com

Aceng menambahkan, diera globalisasi sekarang ini, Seni Buhun bisa dikatakan nyaris punah. Banyak anak muda yang tidak mengetahui seni reak, terbangan, dan kuda renggong. Bahkan terkalahkan dengan seni baru atau modern.

“Ini sebuah isyarat bahwa seni budaya perlahan meredup. Mudah-mudahan melalui komunitas budaya ini, pemuda-pemudi bisa terangkul dan berfikir secara positif dan mau bersama-samm memajukan budaya,” ucapnya.

Menurutnya, tidak mudah mengumpulkan orang yang suka terhadap seni, ada segi fositive dan negatifnya. Namun, jika terus melakukan pendekatan perlahan akan terangkul.

“Jelas merasa diakui, karena sejauh ini sopurt dari pemerintah terkesan cuek dan acuh, jika tidak didorong dari bawah mungkin tidak akan ada perhatian dan terkesan pemerintah hanya memperhatikan budaya jaman sekarang atau yang lagi ngetrend,” ucapnya.(Abas/Arip)

Show More
Back to top button