Adikarya ParlemenParlemen

Pembangunan Jalan Berwawasan Lingkungan

ADIKARYA PARLEMEN

BANDUNG, elJabar.com — Proses konstruksi jalan merupakan salah satu sumber polusi. Dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang Jalan pasal 5 sudah mengisyaratkan agar pembangunan jalan Indonesia menjadi lebih ramah lingkungan.

Salah satu upaya pembangunan jalan yang berwawasan lingkungan adalah dengan menerapkan konsep Green Roads atau jalan ramah lingkungan, yang memperhatikan tiga aspek. Yaitu aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Konteks green road ini mencakup tahap pembiayaan, perencanaan, desain, konstruksi, dan pemeliharaan jalan, serta penanganan dampak perubahan iklim.

Dalam pembangunan green roads dikenal beberapa prinsip penting, yaitu meminimalkan pemanfaatan energi dan air, mengurangi penggunaan sumber daya alam tak terbarukan, desain dan material yang meminimalkan dampak lingkungan akibat pembangunan dan pengoperasian jalan –polusi udara, suara, getaran, dan limbah–, serta lanskap jalan membaur dengan lingkungan sekitar.

Beberapa contoh penerapan green road, pertama yaitu mengoptimalkan wilayah di sekitar jalan sebagai daerah tangkapan dan resapan air, memanfaatkan materi daur ulang untuk meminimalkan bahan buangan, dan mereduksi energi dalam pembuatan jalan.

Penggunaan aspal daur ulang merupakan alternatif bijak untuk mengurangi pengguanaan material baru. Anggota Komisi 4 DPRD Jabar, H. Kasan Basari, mengungkapkan bahawa sudah seharusnya metode pencampuran aspal hot mix ditinggalkan/dikurangi dan beralih ke metode low temperature asphalt pavement.

“Metode ini lebih ramah lingkungan, karena mengkonsumsi lebih sedikit energi dan menghasilkan lebih sedikit limbah,” jelas H. Kasan Basari, kepada elJabar.com.

Kedua, penerapan green roads yang paling mudah dilakukan adalah penghijauan di sekitar jalan. Pohon-pohon sebagai penyuplai oksigen dianggap manjur untuk mengurangi pencemaran karbon.

Dan Ketiga, yaitu  pemanfaatan teknologi rumput beton vetiver di lereng jalan untuk menangani masalah erosi dangkal.

Saat ini telah banyak dikembangkan teknologi pembangunan jalan seperti alat berat, teknik desain, material bahkan teknologi kelengkapan jalan seperti dinding peredam kebisingan, teknologi pembatas jalan, dan lain-lain.

“Puslitbang Jalan dan Jembatan telah mengembangkan teknologi yang berkaitan dengan kriteria green roads,” ujarnya. “Namun pada kenyataannya, penerapan teknologi masih sangat minim dilakukan. Yang seharusnya dilakukan adalah mendorong penerapannya dalam pembangunan jalan,” tambahnya.

Selain untuk pelestarian lingkungan, teknologi-teknologi tersebut diciptakan untuk meningkatkan kualitas infrastruktur jalan serta meningkatkan keselamatan pengendara.

Sementara itu, apabila bicara kualitas infrastruktur jalan, maka daya saing kualitas jalan nasional merupakan indikator penting dalam mengevaluasi dan melihat sejauh mana kinerja penyelenggara jalan saat ini.

Lebih lanjut kualitas infrastruktur jalan juga berdampak pada kinerja logistik nasional. Negara-negara dengan kinerja logistik yang lebih baik akan dapat berkembang lebih cepat, menjadi lebih kompetitif dan akhirnya akan lebih menarik bagi investasi.

Indonesia dikelompokkan kedalam kelompok negara-negara berpenghasilan menengah bawah, dimana negara-negara yang berada dalam kelompok ini umumnya menunjukkan Kinerja Logistik Parsial.

“Negara-negara dalam kelompok ini, termasuk Indonesia, menunjukkan kemajuan dalam komponen kompetensi dan kualitas pelayanan logistic,” ungkapnya. “Sebanyak 82% logistik nasional masih menggunakan moda transportasi jalan darat, maka perbaikan kualitas infrastruktur jalan darat diharapkan dapat meningkatkan efisiensi nasional,” pungkasnya. (muis)

Show More
Back to top button