ADHIKARYA PARLEMEN
BANDUNG, elJabar.com – Potensi pertanian di Provinsi Jawa Barat memang cukup besar. Hal ini didukung kondisi geografis dan ekosistem yang cocok untuk pengembangan komoditas pertanian yang ditandai dengan banyaknya komoditas unggulan pada sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.
Generasi muda Jawa Barat yang tertarik terhadap sektor pertanian, terus meningkat pada setiap tahunnya, sejak 2021. Tahun 2022 ada sekitar 20.894 orang yang mendaftar dan lolos seleksi sebanyak 6.545 petani. Sedangkan pendaftar Petani Milenial tahun 2021, sekitar 8.998 dan yang lolos seleksi sebanyak 1.766 orang. Sehingga totalnya sebanyak 8.311 orang.
Peserta yang ikut inagurasi tahun 2022 dan 2023, tercatat sebanyak 5.344 orang, dengan sebaran 2.721 petani yang dibina di Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura, 788 Petani yang dibina di Dinas Kelautan dan Perikanan, 620 petani yang dibina pada Dinas Kehutanan, 620 petani yang dibina pada Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan serta 595 petani yang dibina pada Dinas Perkebunan.
Menurut Anggota Komisi 2 DPRD Jawa Barat, H. A. Sopyan, program Petani Milenial yang digagas Pemerintah Provinsi Jawa Barat ini diharapkan dapat menarik minat generasi muda untuk membawa perubahan pada sektor pertanian masa depan. Sopyan juga berharap, tahun 2024 ini program Petani Milenial terus dilanjutkan.
“Ini salah satu program regenerasi sumberdaya pertanian. Program Petani Milenial pada tahun 2024 ini harus terus dilanjutkan. Ini bukan program yang langsung jadi dalam waktu sebulan dua bulan. Ini program yang masih cukup panjang perjalannya. Dan ini sangat penting untuk dilanjutkan dan dikawal sampai sukses,” ujar H. A. Sopyan, kepada elJabar.com.
Petani Milenial tidak hanya mendapatkan pelatihan dan pendampingan metode pertanian yang lebih efektif dan efesien, tapi juga proses hilir.
Dimulai dari pengolahan, pengembangan produk, hingga pemasaran hasil tani ataupun produk olahan, baik dalam maupun luar negeri melalui kegiatan pameran dan gerai petani milenial. Selain itu, terdapat pula petani milenial yang magang ke luar negeri.
“Ini sebagai akselerasi dalam regenerasi sumber daya pertanian. Harapan kita, tentu saja mereka dapat berdaya dan berdikari. Hingga akhirnya terwujud regenerasi petani muda di masa depan,” harapnya.
Tujuan Program Petani Milenial yakni untuk mengurangi permasalahan ketersediaan tenaga kerja pertanian di Jawa Barat, mengubah usaha pertanian menjadi menantang, sehingga akan banyak generasi milenial yang tertarik bergelut di sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan.
Selain itu, Petani Milenial juga diarahkan untuk dapat memanfaatkan teknologi guna menghasilkan produk pertanian berkualitas dan mampu berdaya saing, menumbuhkembangkan kewirausahaan muda pertanian, serta menciptakan pertanian maju, mandiri, dan modern.
Sasaran inovasi Petani Milenial adalah mewujudkan regenerasi petani di Jawa Barat dengan pemanfaatan lahan-lahan tidak produktif, penerapan teknologi tepat guna serta penumbuhan wirausahawan muda di sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan yang mandiri dan berkelanjutan.
“Semoga Program Petani Milenial bisa meningkatkan jumlah petani di Jabar yang saat ini terus berkurang,” tandasnya.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jabar, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir sejak 2020-2022 jumlah pekerja di sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan terus menurun, turun dari 3,6 juta menjadi 3,5 juta.
H. A. Sopyan yang juga Anggota Fraksi Gerindra DPRD Jawa Barat, memberikan apresiasi kepada Pemprov Jabar terkait program yang dinilainya bisa menumbuhkan rasa kecintaan terhadap pertanian.
“Saya sangat mendukung dan mengapresiasi atas program ini. Semoga bisa mewujudkan mimpi pemuda-pemuda di desa, sehingga mereka punya pekerjaan di sektor pertanian secara layak,” pungkasnya. (muis)