Nasional

Petani di Desa Sumedangan Makin Terpuruk, Sudah Terdampak Banjir Infrastruktur Pertanian Belum Memadai

PAMEKASAN, eljabar.com – Pemandangan sejumlah petani Desa Sumedangan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan yang terpaksa memanen lebih awal padi di sawah mereka, kini mudah ditemukan.

Fenomena ini diakibatkan oleh bencana banjir yang sempat menggenangi puluhan hekatare areal persawahan di desa tersebut.

Biasanya, gabah yang dipanen dari sawah seluas 2 hektare mencapai 10 hingga 15 karung ukuran 50 – 80 kg. Atau, minimal setara dengan 500 kg gabah. Gabah sebanyak itu akan membantu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, meski jauh dari cukup.

Tetapi, hasil panen musim tanam kali ini menyusut tajam. Gabah yang dihasilkan hanya sebanyak 5 sampai 8 karung, atau hanya 40 kg saja.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Sejak sebelum tanam, mereka terpaksa merogoh kocek untuk biaya membajak sawah, membayar upah buruh tani, hingga sewa mesin pompa air.

Bencana banjir yang melanda desa tersebut mengakibatkan sejumlah petani memanen lebih awal, mengais sisa gabah yang masih bisa terselamatkan pasca terdampak banjir.

Selain menghindari risiko membusuk karena terendam, memanen lebih awal terpaksa dilakukan agar kerugian yang dialami tidak semakin dalam.

Banjir yang terjadi pekan lalu telah memberikan dampak paling besar terhadap merosotnya nilai produksi para petani di Desa Sumedangan.

Seorang petani setempat, Sutrisno menilai, bencana banjir yang menerjang desanya selama behari-hari minggu lalu itu menjadi puncak gunung es dari berbagai persoalan dan yang dialami petani selama ini.

“Bencana alam seperti banjir tentu berdampak pada hasil panen, apalagi usia tanaman padi sudah mendekati masa panen. Genangan banjir berhari-hari pasti akan mempengaruhi kualitas tanaman padi, dan kalau tidak segera dipanen petani takut mengalami ketugian yang lebih bersar, makanya dipanen lebih awal,” beber Sutrisno, Selasa (15/03/2022).

Namun Sutrisno menganggap, selain faktor bencana alam, kesulitan untuk memperoleh pupuk bersubsidi menjadi masalah pelik yang dihadapi petani di desanya. Jika pun ada, kadang harganya melambung di atas ketentuan Harga Eceran Tertinggi (HET) pemerintah.

“Alasannya bisa macam-macam, untuk pengganti ongkos angkut atau yang lainnya. Pokoknya sering mengada-ada sehingga kita terpaksa mengeluarkan biaya lebih banyak dari yang diperkirakan sebelumnya,” ujarnya.

Petani lainnya, Habibi mengungkap, para petani di Desa Sumedangan mengharapkan perhatian serius pemerintah. Pasalnya, infrastruktur pertanian di desa tersebut belum memadai untuk memenuhi kebutuhan petani sepenuhnya.

Infrastruktur pertanian, seperti saluran irigasi masih minim. Begitu juga dengan layanan irigasi yang belum memuaskan.

“Sebagian petani di sini sampai menyewa mesin pompa air hanya untuk mengairi sawah. Dan itu ongkos sewanya lumayan memberatkan, terutama petani yang modalnya pas-pasan,” katanya.

Apalagi sekarang terkena banjir, maka warga masyarakat yang mayoritas menjadi petani, menurut pandangan Habibi, bertambah berat bebannya.

“Terpaksa harus dipanen walau belum waktunya, cuma mau gimana lagi. Kalau dibiarkan kan malah tambah tidak dapat apa-apa,” imbuhnya.

Kondisi yang dihadapi masyarakat agraris di Desa Sumedangan sepatutnya dipikirkan oleh Pemerintah Kabupaten Pamekasan.

Bantuan darurat bencana, semisal bagi-bagi sembako atau penanganan sementara terhadap infrastruktur sumber daya air, menurut anggota kaukus lingkungan dari Surabaya Institute Governance Studies (Sign’s), RIY Lesmana, harus disertai dengan kebijakan yang mampu menyelesaikan akar persoalan masyarakat agraris di desa tersebut.

“Memperbaiki kualitas layanan irigasi dan menjaga stabilitas kebutuhan dan ketersediaan pupuk bersubsidi adalah contoh kecil yang bisa dilakukan. Selain pencegahan potensi bencana secara struktural,” ungkap RIY Lesmana.

Rezim tata ruang yang ditetapkan dengan regulasi daerah benar-benar berpihak kepada pelestarian lingkungan dan ruang hidup.

Desa Sumedangan di Kecamatan Pademawu, Pamekasan, berdasarkan data yang dihimpun eljabar.com, merupakan salah satu dari 7 desa yang dilalui oleh Daerah Irigasi (DI) Samiran Kiri, di antaranya Desa Sumedangan, Durbuk, Pademawu Barat, Pademawu Timur, Panempan, Tanjung dan Panempan. Di 7 desa ini, potensi alih fungsi lahan juga terbilang tinggi.

Sementara itu, keberadaan Dam Samiran berfungsi sebagai pengendali banjir dan untuk memenuhi kebutuhan irigasi persawahan.

Faktanya, bencana banjir dan produktifitas pertanian di desa Sumedangan belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Kondisi ini berbanding terbalik dengan potensi terjadinya alih fungsi lahan pertanian produktif di desa tersebut. (idrus/bersambung)

Show More
Back to top button