Potensi Perdagangan & Perindustrian Jawa Barat: Strategi Sinergi Menuju Ekonomi Inklusif

ADHIKARYA PARLEMEN
BANDUNG, elJabar.com – Provinsi Jawa Barat terus memantapkan posisinya sebagai motor ekonomi nasional. Bertumpu pada kekayaan sumber daya manusia, infrastruktur kelas dunia, dan ekosistem industri yang berkembang pesat, Jawa Barat menyimpan potensi luar biasa dalam sektor perdagangan dan perindustrian.
Menurut Wakil Ketua Komisi 2 DPRD Jawa Barat, Lina Ruslinawati, Komisi 2 punya peran vital dalam merumuskan kebijakan yang mendorong sinergi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Komisi 2 berusaha menyelaraskan visi pembangunan dan eksekusi program.
Salah satu agenda penting adalah dialog intensif antara Komisi 2 dengan Dinas Perindustrian & Perdagangan (Disperindag), untuk mengkaji pencapaian program APBD.
“Kami berharap pertemuan ini dapat menjadi awal yang baik untuk menjalin sinergi yang kuat dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat,” ujar Lina Ruslinawati, kepada elJabar.com.
Jawa Barat sedang gencar membangun kawasan industri strategis seperti Rebana Metropolitan, yang mencakup tujuh kabupaten/kota di utara provinsi. Kawasan ini menjadi magnet investasi besar, terutama di sektor logistik dan otomotif—didukung oleh keberadaan Pelabuhan Patimban dan jaringan tol.
“Rebana bukan hanya kawasan industri, tetapi pusat pertumbuhan ekonomi baru Jawa Barat. Di sini kita dorong pembangunan pabrik ramah lingkungan, pusat logistik pintar, dan digitalisasi rantai pasok,” kata Lina.
Semangat pembangunan ini tercerminkan pada target pencapaian investasi senilai Rp 270 triliun pada 2025, yang sebagian besar difokuskan pada industri manufaktur, energi terbarukan, dan digitalisasi ekonomi.
Sektor industri pengolahan masih tetap menjadi penyumbang utama terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat—sekitar 41% pada 2024. Investasi yang terus mengalir turut mendorong ekspor daerah sebagai mesin penggerak pertumbuhan.
Sepanjang 2024, nilai ekspor Jabar menembus USD 30 miliar, dan diproyeksi meningkat lagi pada 2025. Ragam komoditas unggulan—tekstil, produk logam, otomotif, hingga makanan & minuman olahan—menjadi andalan provinsi Jabar.
Oleh karena itu menurut Lina Ruslinawati, pentingnya dukungan terhadap UMKM agar mampu masuk ke pasar ekspor, khususnya ASEAN dan Timur Tengah.
“Dengan pelatihan dan pendampingan, kita ingin produk lokal Jabar bisa bersaing di pasar ASEAN dan Timur Tengah,” ujarnya.
Selain industri besar, Komisi 2 juga memperhatikan transformasi digital di sektor perdagangan. Digitalisasi UMKM bukan sekadar digital presence, tetapi juga soal akses ke rantai pasok, katalog lokal, dan penempatan di ekosistem belanja pemerintah.
Dorongan semacam ini memperkuat inklusivitas ekonomi, di mana sektor mikro dan kecil turut memperoleh manfaat dari penciptaan ekosistem digital.
“Digitalisasi UMKM bukan hanya soal teknologi, tapi keberpihakan pada ekonomi rakyat,” tandasnya.
Walau potensi menjanjikan, ada tantangan serius yang perlu diatasi. Menurut Lina, tantangan infrastruktur—terutama yang berbasis pemerataan—masih menjadi pekerjaan rumah. Demikian juga kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan hambatan birokrasi perizinan masih berpotensi menghambat investasi .
Untuk itu, pemerintah dan pemda harus fokus meningkatkan kualitas SDM melalui revitalisasi Balai Latihan Kerja (BLK), kerja sama vokasi dengan industri, serta pelatihan berbasis kebutuhan industri.
“Industri kita tidak akan maju tanpa SDM yang adaptif terhadap perubahan. Kita perlu sinergi antara pemerintah, swasta, dan akademisi,” pungkasnya. (muis)