Rokhmin Dahuri: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Hanya Dinikmati Oleh 20% Penduduknya
Laporan : Kiki Andriana
SUMEDANG, eljabar.com — Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Kabinet Gotong Royong, Rokhmin Dahuri mengatakan sejak tahun 1945, Indonesia terus mengalami perbaikan hampir disemu aspek kehidupan, mulai dari infrastruktur, ekonomi sampai sosial budaya. “PDB (Produk Domestik Bruto atau besaran ekonomi) Indonesia pada tahun lalu mencapai 1,4 trilyun dolar AS, tersebar ke-16 di dunia (WEF, 2018) namun, sudah 73 tahun merdeka, Indonesia masih sebagai negara berpendapatan menengah bawah (Low-middle income country) dengan rata rata pendapatan nasional kotor (Gross National Income) perkapita 3.604 dolar AS, Padahal, sebuah negara dikategorikan sebagai negara makmur (berpendapatan tinggi) bila GNI perkapitanya diatas 12,166 AS,“ tutur Rokhmin Dahuri kepada sejumlah wartawan saat ditemui usai Orasi Ilmiah pada Dies Natalis Institut Managemen Koperasi Indonesia (IKOPIN) Ke-36, di Graha Suhardani, Kampus IKOPIN Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Senin (7/5/2018).

Rokhmin Dahuri menerangkan, “Kapasitas IPTEK kita bangsa Indonesia pun hingga kini baru berada di kelas-3! Dimana lebih dari 75% kebutuhan teknologinya berasal dari impor, Padahal, menurut Rokhmin suatu bangsa bisa dinobatkan sebagai bangsa yang maju, bila kapasitasnya IPTEK nya mencapai kelas-1 atau lebih dari 75% kebutuhan IPTEK nya merupakan hasil karya bangsa sendiri (UNDP,2010),“ bebernya.
Sementara itu, ditambahkan Rokhmin jumlah rakyat miskin pun masih tinggi, sekitar 26,58 juta orang (10,12% total penduduk) berdasarkan pada garis kemiskinan BPS (2017) sebesar Rp 370.910 per orang per bulan, sedangkan, atas dasar garis kemiskinan Internasional (2 dolar AS/orang/ hari), jumlahnya mencapai 110 juta orang atau 40% total penduduk, yang lebih mencemaskan, sekitar 30% dari total anak Indonesia mengalami Stunting growth ( tubuh pendek) dan 33% nya menderita gizi buruk, jika tidak segara diperbaiki status gizi dan kesehatannya, maka fisik mereka akan lemah dan kecerdasannya rendah,“ kata dia.
Jumlah pengangguran terbuka dan setengah menganggur masih sangat tinggi, sekitar 40 juta orang atau 31,25% dari total angkatan kerja 128 juta (BPS, 2018), ketimpangan ekonomi anatara kelompok miskin dana kaya juga sangat tinggi, dalam dekade terakhir, menurut Rokhmin, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya dinikmati oleh 20% penduduknya, sedangkan 80% sisanya tidak kebagian kue pertumbuhan ekonomi tersebut,“ bebernya.
Pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan ekonomi itu, lanjut Rokhmin, ditenggarai merupakan penyebab utan dari semakin marak dan masifnya berbagai macam tindakan kriminal, semua ini berujung pada instabilitas politik, “Buruknya investasi dan kemudahan berbisnis, yang pada gilirannya menghambat pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan pekerjaan dan peningkatan kesejahteraan rakyat,“ pungkasnya. (*)