BANDUNG, eljabar.com — Babakan Siliwangi, atau yang akrab disingkat sebagai Baksil, bukan sekadar kawasan hutan kota biasa di Kota Bandung. Di balik pepohonan dan sungai-sungai yang melintasi, terdapat sejarah yang kaya dan sering kali kontroversial, menandakan pentingnya kawasan ini bagi masyarakat Kota Bandung.
- Zaman Penjajahan: Awal Sebuah Warisan Alam
Pada zaman penjajahan Belanda, kawasan ini dikenal sebagai Lebak Gede, sebuah sabuk hijau yang menjadi bagian tak terpisahkan dari Kota Bandung.
Dibentuk oleh Sungai Cikapundung puluhan ribu tahun yang lalu, Lebak Gede dianggap sebagai warisan alam bagi kota ini. Rencana untuk menjadikannya hutan kota dan perkebunan terbuka bagi masyarakat umum pertama kali digagas pada tahun 1920.
- Periode 1950an – 1980an: Menuju Era Komersialisasi
Setelah Indonesia merdeka, pengelolaan Lebak Gede diambil alih oleh Pemerintah Kota Bandung.
Namun, dengan berkembangnya Bandung, muncul keinginan untuk mengubah fungsi kawasan ini menjadi pusat kegiatan komersial.
Pada masa pemerintahan Wali Kota Otje Djundjunan, upaya fisik di kawasan ini mengalami peningkatan. Restoran Babakan Siliwangi dan berbagai fasilitas wisata lainnya dibangun, menciptakan suasana pariwisata yang ramai.