Adikarya ParlemenParlemen

Tantangan dan Potensi Laut Jabar Selatan

ADHIKARYA PARLEMEN

BANDUNG, elJabar.com — Jawa Barat dengan luas daratan mencapai 37.040,04 km2 dan garis pantai 988,48 km, menyimpan banyak potensi alam. Bicara soal potensi laut di wilayah Jabar Utara, tak perlu diragukan lagi. Kawasan sekitar Indramayu dan Cirebon memang sudah banyak menyumbang hasil perikanan untuk Jawa Barat.

Rentang waktu tahun 2023 dan 2024, dalam setiap tahunnya Jawa Barat memiliki total produksi perikanan sebanyak 1,5 juta ton. Jumlah itu terdiri dari 1,2 juta ton pada perikanan budidaya, sementara hampir 300.000 ton sisanya adalah perikanan tangkap.

Namun selain di pantau utara, menurut Anggota Komisi 3 DPRD Jawa Barat, Tina Wiryawati, potensi tersembunyi di wilayah Jabar Selatan, sebenarnya tidak kalah potensial. Seperti Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, dan Pangandaran, yang menurutnya belum tereksplor dengan baik hasil alamnya.

“Jabar bagian selatan itu belum dieksplorasi dengan maksimal. Kita harus dorong bagaimana meningkatkan kemampuan nelayan di wilayah selatan itu. Nelayannya masih skala kecil,” ujar Tina Wiryawati, kepada elJabar.com.

Representasi perikanan tangkap jauh lebih tinggi dari perikanan budidaya air tawar, padahal potensi perikanan Jabar sangat besar.

Potensi laut Jabar terdiri dari utara dan selatan. Kedua potensi ini, terutama yang di selatan belum sepenuhnya bisa dimanfaatkan, cenderung lebih ke utara.

“Belum semua potensi itu bisa kita ambil, bisa kita kelola.  Memang ada disparitas yang cukup besar antara perikanan tangkap utara dengan selatan,” katanya.

Jabar bagian selatan punya karakter gelombang yang lebih besar dibandingkan di utara. Belum lagi dengan perahu-perahu nelayan yang kecil, sebaliknya kondisi di Jabar utara yang gelombangnya relatif lebih bersahabat dan ukuran perahunya lebih besar.

Tak heran jika hasil tangkapan di utara itu lebih besar dibandingkan dengan di selatan. Selain itu, menurut Tina Wiryawati, infrastruktur kawasan pantai di Jabar selatan juga belum optimal bila dibandingkan infrastruktur yang ada di utara.

“Tantangan lainnya pantai di selatan rata-rara curam, sedangkan di utara itu landai. Sehingga banyak tempat pendaratan ikan, pelabuhan yang bisa didarati oleh para nelayan. Jadi memang infrastrukturnya yang kurang mendukung di selatan ini,” ungkapnya.

Saat ini, sentra perikanan di Jabar Selatan, yakni di Kabupaten Pangandaran dan Sukabumi. Jauh beda dengan Jabar Utara yang punya Indramayu, Cirebon, dan Subang sebagai sentra perikanan tangkap. Sementara budidaya ikan, merata di seluruh kota/kabupaten.

Hal ini menurut Tina Wiryawati, merupakan pekerjaan rumah terbesar untuk DKP Jabar. Yakni agar segera menggarap Jabar Selatan, sehingga bisa lebih eksplor hasil lautnya. Maka dana APBD pun bisa diarahkan pada kelautan dan perikanan.

“Di selatan itu perahu yang ada, kesulitan. Jadi kalau sudah punya sarana seperti pelabuhan yang memadai, harus disiapkan juga seperti breakwater dan kolam labuh yang cukup dengan jumlah perahu yang ada,” ujarnya.

Selain itu, sarana pendukungnya seperti tempat pelelangan ikan, cold storage, ini mungkin akan lebih banyak mendorong para nelayan tersebut untuk melaut.

“APBD kita ada, mudah-mudahan porsinya tahun ini bisa lebih memadai untuk penataan kawasan dan kebutuhan nelayan untuk melaut. Dan potensi ini juga bisa menjadi nilai tambah untuk PAD,” pungkasnya. (muis)

Show More
Back to top button