PANGANDARAN, elJabar.com – Menyikapi keputusan DPP Partai Gerindra yang memberikan rekomendasi kepada bakal calon Dadang Solihat untuk maju di Pilbup Kabupaten Pangandaran, telah memicu reaksi sejumlah pengurus DPC dan PAC di Kabupaten Pangandaran.
Reaksi tersebut muncul, mengingat Dadang Solihat bukan merupakan kader Partai Gerindra. Padahal dari internal Gerindra sendiri ada bakal calon, yakni H. Iwan Sutiaman yang juga merupakan Ketua DPC Partai Gerindra Kab. Pangandaran.
Mewakili 9 PAC se-Kabupaten Pangandaran, Ketua PAC Kec. Pangandaran Rasono Setia, menyayangkan sikap DPP Partai Gerindra apabila mengeluarkan rekomendasi untuk bakal calon di Pilbup dari orang luar Gerindra. Dimana waktu pilpres sendiri tidak ikut berjuang memenangkan Prabowo sebagai Presiden. Bahkan orang tersebut berada dibarisan penddukung calon presiden yang merupakan rival Prabowo.
“Ini sangat disayangkan. Ini sangat tidak adil dan tidak bijaksana. Keputusan itu menyakiti kami sebagai kader Gerindra sendiri, yang sudah ikut berjuang memenangkan Pak Prabowo menjadi Presiden terpilih,” tandas Rasono Setia, kepada elJabar.com, Minggu (11/8/2024).
Hal yang sama disampaikan oleh Wakil Ketua DPC Kab. Pangandaran, H. Mulyadi Rukman, atas sikap DPD dan DPP Partai Gerindra yang mengeluarkan rekomendasi terhadap balon eksternal Partai Gerindra.
Menurut Mulyadi, keputusan DPP sangat tidak menghargai dan tidak adil dalam memperlakukan kader sendiri, yang notabene merupakan Ketua DPC Partai Gerindra Pangandaran.
“Ini sangat tidak adil. Keputusan ini sangat menyakiti kami. Ini jelas-jelas tidak menghargai kader partainya sendiri. Saya berharap DPP bisa mengoreksi keputusannya,” tegas Mulyadi.
Sementara itu pemerhati politik yang juga Direktur Riset Bandung Research Strategic (BRS), Dani Dardani, menilai keputusan DPP Partai Gerindra tersebut akan menjadi preseden buruk terhadap loyalitas dan militansi kader.
Sikap DPP Gerindra yang terkesan pragmatis dengan memberikan rekomendasi kepada calon diluar kader Partai Gerindra, sangat kentara dengan mengesampingkan kadernya sendiri, yang sama-sama merupakan bakal calon, serta memiliki kapasitas sebagai Ketua DPC.
“Saya mencium aroma pragmatis, yang didorong oleh sejumlah oknum pengurus partai. Dan juga saya melihat, ini keputusan yang tidak sehat dalam kaderisasi politik di internal. Tidak ada apresiasi atas perjuangan kadernya sendiri. Tapi saya yakin, dalam hal ini Prabowo tidak mengetahui praktek oknum dibawah,” beber Dani Dardani, kepada elJabar.com, Minggu (11/08/2024).
Setelah Prabowo terpilih menjadi presiden, seharusnya tidak ada lagi sikap pragmatis yang tidak penting dari pengurus partai untuk kepentingan sesaat, apalagi kepentingan pribadi pengurus.
Atas keputusan partai yang sering merugikan kadernya sendiri, menurut Dani Dardani, tidak menutup kemungkinan kekecewaan kader akan mencapai klimak, seperti mengundurkan diri dari partai. Namun biasanya, hal tersebut sering diabaikan oleh partai.
“Itulah buruknya sikap partai, menganggap kecil masalah kader. Sedangkan bargaining politik yang didapatkan atas keputusan tersebut, sangat murahan. Kepentingan pragmatis yang hanya menyakiti kadernya sendiri,” pungkasnya. (muis)