Pendidikan

Wakil Bupati Sumedang Membuka Workshop Literasi Kitab Kuning di Lingkungan Pondok Pesantren

SUMEDANG, eljabar.com — Wakil Bupati Sumedang H Erwan Setiawan membuka Workshop Pengembangan Literasi Kitab Kuning di Lingkungan Pondok Pesantren Kabupaten Sumedang Tahun 2020.

Kegiatan hasil kerja sama antara Forum Pondok Pesantren (FPP) Kabupaten Sumedang dan Kantor Kementrian Agama Kabupaten Sumedang tersebut bertempat di Komplek Islamic Center (Pusdai), Senin (4/1/2021).

Ketua FPP Kabupaten Sumedang selaku Ketua Panitia workshop KH. Rd M Anwar Sanusi dalam laporannya mengatakan, workshop mengambil tema “Peningkatan Daya Saing Pondok Pesantren sebagai Salah Satu Garda Terdepan Pendidikan di Indonesia” dan diikuti oleh 52 Pondok Pesantren se-Kabupaten Sumedang.

“Biaya yang dipakai merupakan bantuan dari Kantor Kemenag Kabupaten Sumedang sebanyak Rp. 20 Juta. Alhamdulillah Hibah dari Bansos Tahap Awal 50 Juta Rupiah dan Tahap Dua Rp. 195 Juta Rupiah. Seluruhnya mendapat Rp.245 Juta,” ucapnya.

Ia juga menerangkan, dana Hibah tersebut akan dibagikan kepada 250 pimpinan Pondok Pesantren se-Kabupaten Sumedang.

“Masing-masing mendapat Rp 350 ribu. Mudah-mudahan bermanfaat dan maslahat walaupun (nilai) bantuan tidak seberapa,” terangnya.

Ia juga menyatakan keprihatinannya akan budaya mengaji Kitab Kuning yang menjadi ciri khas pondok pesantren sudah mulai tergeser sehingga mendorongnya untuk menyelenggarakan workshop tersebut.

“Syarat berdirinya pesantren yaitu adanya kiai, santri, masjid, asrama, dan pengajian Kitab Kuning. Yang terakhir ini semakin berkurang. Minimal Pondok Pesantren diharapkan bisa mempertahankan pengajian Kitab Kuning ini,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Kantor Agama Kabupaten Sumedang H. Jajang Apipudin dalam sambutannya membandingkan kondisi pondok pesantren dahulu dengan sekarang yang menurutnya sangat menurun drastis.

“Kita tahu di Era Globalisasi dan Revolusi Industri yang dikenal 4.0 yang ditandai dengan fasilitas-fasilitas online dalam melayani kebutuhan masyarakat. Hal ini menjadikan Pondok Pesantren dengan Kitab Kuningnya dan tradisinya seperti Sorogan dan Bandungan kurang diminati,” ungkapnya.

Ia mengapresiasi kepada FPP Kabupaten Sumedang yang telah menyelenggarakan workshop tersebut sebagai usaha pelestarian Kitab Kuning.

“Generasi muda sekarang ini kita akan mencoba arahkan terhadap budaya-budaya nusantara yang sangat luar biasa seperti yang ada di pesantren. Mungkin di negara lain tidak ada budaya Sorogan dan Bandungan Kitab Kuning tersebut,” ucapnya.

Ia juga berharap dengan adanya kegiatan tersebutĀ  generasi muda termotivasi untuk selalu belajar terhadap Kitab Kuning sebagai warisan ulama-ulama terdahulu.

“Bisa dilihat dari hasil survei Badan Litbang dan Kementerian Agama Republik Indonesia bahwa di pesantren rata-rata hanya 13 kitab yang diajarkan kepada santrinya. Dari awal hingga akhir paling hanya 9 kitab yang diajarkan. Padahal Kitab Kuning yang ada di Indonesia itu sampai ribuan kitab. Itu yang menjadi keprihatinan kita semua,” harapnya.

Ia pun mengapresiasi kepada para ulama dan pimpinan pondok pesantren yang selalu konsisten terhadap pengajaran Kitab Kuning.

“Semoga beliau-beliau diberikan rahmat, hidayah, panjang umur oleh Alloh SWT,” ucapnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Sumedang H Erwan Setiawan dalam sambutannya mengatakan, Kitab Kuning merupakan sebutan bagi kitab atau referensi utama yang dikaji para santri di pesantren.

“Salah satu prasyarat untuk bisa dikatakan pesantren oleh para ahli sejarah adalah Kitab Kuning. Dengan kata lain, dalam teori pesantren, selain ada kiai, masjid, asrama dan santri. Jadi satu hal yang tidak bisa dilepaskan dari pesantren adalah Kitab Kuning,” ucapnya.

Menurut Wabup, kegiatan workshop tersebut sebagai salah satu dukungan terhadap gerakan literasi Kitab Kuning sekaligus evaluasi atas hasil yang dicapai oleh santri-santri Kabupaten Sumedang dalam ajang Musabaqoh Qiroatil Kutub Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2019 yang dilaksanakan di Kabupaten Tasikmalaya.

“Kementrian Agama mempunyai kewajiban untuk mendukung Gerakan Literasi dengan membumikan kembali Kitab Kuning di Kalangan Santri dan Umat Islam. Saya sangat mengapresiasi kegiatan dengan tujuan Pondok Pesantren ke depannya dapat mengembangkan dan memajukan gerakan literasi masing-masing,” ujarnya.

Diharapkan pula, dapat dihasilkan karya literasi oleh ustadz maupun santri sehingga akan meningkatkan daya saing Pondok Pesantren di Kabupaten Sumedang.

“Saya harap workshop bagi pimpinan Pondok Pesantren ini dapat meningkatkan minat literasi Kitab KuningĀ  di lingkungan pondok pesantren masing-masing serta senatiasa mampu menghasilkan peserta didik yang benar-benar mengerti dan menguasai berbagai literatur yang ada di lingkungan Pondok Pesantren,” harapnya.

Ia juga merasa sangat prihatin karena bantuan-bantuan ke pondok pesantren tahun ini berkurang dan sangat jauh dari mencukupi.

“Bahkan untuk para ustadz tidak ada lagi bantuan insentif. Saya bersama Pak Bupati akan membuat regulasi yang mengatur bantuan kepada Pondok Pesantren ini sehingga ke depan bisa lebih baik lagi,” pungkasnya. (Abas)a

Show More
Back to top button