ADIKARYA PARLEMEN
BANDUNG, elJabar.com — Tingkat kemantapan jalan Provinsi Jawa Barat memang sudah terbilang bagus. Namun itu tidak selaras dengan konektivitasnya yang kisarannya masih di bawah 50%. Karena kemantapan jalan merupakan bagian dari indikator konektivitas jalan, sehingga Pemerintah Provinsi Jabar harus mengupayakan tingkat konektivitas hingga 60%.
Kuantitas dan kualitas jalan perlu diperhatikan pada ruas jalan provinsi maupun kabupaten/kota untuk meningkatkan angka konektivitas.
Terkait soal kemantapan jalan, menurut Anggota Komisi 4 DPRD Jawa Barat Kasan Basari, itu baru sebagian dari kinerja Dinas BMPR Jabar yang sudah dijalankan. Sedangkan peningkatan utama sekarang adalah indikator konektivitasnya.
“Konektivitas ini difokuskan untuk mendukung jaringan sektor unggulan, seperti sektor wisata serta akses Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati. Tentunya tanpa mengabaikan konektivitas untuk menyelesaikan kesenjangan infrastruktur di wilayah selatan Jabar,” jelas Kasan Basari, kepada elJabar.com.
Aksesibilitas konektivitas di wilayah Jabar selatan, memang masih memiliki sejumlah kekurangan. Pengembangan Jabar selatan sebagian besar ditujukan untuk pariwisata dan hutan lindung. Sedangkan dari segi infrastruktur, bagian selatan Jabar belum sepenuhnya sempurna dibandingkan infrastruktur Jabar utara dan tengah yang sudah mantap.
Jalan yang berkondisi baik hanya dua ruas jalan, dimana itu merupakan jalan provinsi dan nasional. Sedangkan jalan lainnya terlalu sempit, dan berkualitas buruk. Biasanya jalan ini berstatus jalan kabupaten atau desa.
Di kawasan selatan Jabar, akses jalan antara satu kecamatan dengan kecamatan lain harus muter dulu, padahal jaraknya dekat. Dari Garut tengah mau ke kawasan selatannya bisa muter hingga lima jam.
“Sejauh ini, poros konektivitas Jabar selatan yang sudah terbangun di antaranya jalur Ciletuh-Sukabumi-Pelabuhan Ratu hingga Pangandaran,” ujarnya.
Kasan Basari juga menjelaskan, bahwa kemantapan jalan tanpa konektivitas akan menjadi percuma. Pasalnya, kemantapan jalan adalah bagian dari konektivitas juga.
Sehingga konektivitas dan kemantapan jalan diharapkan dapat mendukung aktivitas perekonomian dan pertumbuhan pembangunan di Jabar secara merata.
“Kalau kondisi infrastruktur jalan sesuai yang diharapkan, maka konektivitas yang diharapkan pada satu daerah dengan daerah lainnya tidak akan terganggu,” katanya.
Menyinggung soal pengembangan jalan di jalur selatan, memang Pemrov Jabar berencana akan banyak membangun akses. Diantaranya akses Cileunyi-Garut-Tasik-Banjar, bahkan hingga ke Cilacap, Jawa Tengah.
Kasan Basari berharap, konektivitasnya dapat tersambung ke kawasan wisata Pangandaran. Adapun pembangunan jalan yang menghubungkan jalur selatan dengan jalur tengah Jabar, kelak jalan tersebut dapat menghubungkan kawasan pusat pariwisata Ciletuh.
“Memang akan cukup banyak pembangunan jalan di Jabar. Harapannya ke depan, pembangunan jalan ini bermanfaat untuk menghubungkan sentra produksi yang ada di kabupaten terhadap pusat-pusat pertumbuhan kota dan pembangunan jalan desa,” ungkapnya.
Untuk memenuhi keperluan tersebut, memang diperlukan kolaborasi antara pusat, provinsi, dan daerah untuk mewujudkan jalan yang mantap. Masalahnya, anggaran pembangunan jalan setiap tahun masih kurang.
“Sehingga kalau bisa, jika ada pengembangan sebuah kawasan oleh swasta, maka juga harus dibarengi membangun jalannya sebagai bentuk andil swasta dalam pembangunan Jabar,” pungkasnya. (muis)