Bendungan Tugu, Karya Anak Bangsa Untuk Membangun Negeri
TRENGGALEK, eljabar.com — Pembangunan Bendungan Tugu di Desa Ngelinggis, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek bukanlah pekerjaan yang mudah.
Selain konstruksinya yang rumit dan kompleks, pembangunan bendungan juga tak luput dari persoalan konflik sosial, terutama pengadaan lahan untuk pembangunan bendungan. Maka tak heran, proses pembangunannya memakan waktu yang cukup lama..
Bendungan Tugu sendiri telah direncanakan sejak lama, namun konstruksinya baru bisa dimulai pada 29 Januari 2014 yang ditandai dengan ground breaking oleh Wakil Menteri PUPR Hermanto Dardak.
Hingga setahun setelah peresmian dimulainya pembangunan Bendungan Tugu, pembebasan lahannya masih belum sepenuhnya selesai.
Menurut catatan eljabar.com, sampai Februari 2015 lahan yang sudah dibebaskan mencapai 90 persen dari 104 hektare. Progres ini sangat signifikan, jika dikaitkan dengan jalan buntu negoisasi yang dialami oleh pembebasan lahan bendungan tersebut pada akhir Desember 2014.
Setelah itu, pembebasan lahan bendungan tersebut dihadapkan pada permintaan warga. Para warga pemilik tanah meminta penyaluran ganti rugi agar dilakukan secara serentak.
Kendati demikian, kendala ini akhirnya terurai. Setelah negoisasi yang alot dan panjang, pembebasan lahan Bendungan Tugu akhirnya berbuah kesepakatan.
Dalam proses pekerjaan konstruksi Bendungan Tugu juga dihadapkan pada berbagai tantangan, mulai dari cuaca hingga pandemi Covid-19 yang mewabah.
Perubahan cuaca yang ekstrim tentu menjadi tantangan untuk membangun bendungan. Misalnya saja, pada pekerjaan bendungan utama.
PPK Bendungan III BBWS Brantas Yudha Tantra Ahmadi bersama kontraktor yang berasal dari BUMN, harus berpikir keras ketika pekerjaan timbunan inti clay sedikit terganggu oleh curah hujan yang tinggi.
Namun, guna memenuhi target progres pekerjaan yang ditetapkan, pihaknya memaksimalkan pekerjaan lain, seperti pengerjaan beton di bangunan pelimpah.
Ketika Covid-19 mewabah sejak tahun 2020 lalu, pengerjaan Bendungan Tugu juga mengalami penyesuaian.
Perubahan dengan kebiasaan baru harus dilakukan agar 650 orang yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan Bendungan Tugu tidak menjadi klaster baru virus mematikan tersebut.
Sebanyak 450 pekerja di lapangan dan 200 orang dari PPK Bendungan III BBWS Brantas dan BUMN Karya, berjibaku dengan target waktu pengerjaan bendungan tersebut. Pada saat pandemi, pengerjaan Bendungan Tugu dilaksanakan secara simultan dengan upaya pencegahan dan penyebaran virus Covid-19.
Dinamika pengerjaan Bendungan Tugu tersebut kini memasuki tahapan yang paling krusial, yaitu penggenangan awal (impounding).
Seperti diketahui, penggenangan awal menjadi saat paling kritis dari konstruksi bendungan, termasuk Bendungan Tugu.
Sejumlah tahapan untuk pelaksanaan penggenangan awal harus dilalui dengan dua kali sidang teknis sebelum sidang pleno Komisi Keamanan Bendungan (KKB).
Dari tiap-tiap tahapan tersebut melahirkan risalah dan revisi yang ditindaklanjut oleh PPK Bendungan III BBWS Brantas dan tim pelaksanaan pembangunan Bendungan Tugu.
Kini, jerih payah tersebut tunai sudah. PPK Bendungan III BBWS Brantas Yudha Tantra Ahmadi tengah merampungkan tanggapan risalah sidang pleno Komisi Keamanan Bendungan.
Masyarakat Trenggalek pun tak lama lagi akan menikmati jerih payah pembangunan Bendugan Tugu yang akan ditandai dengan pelaksanaan penggenangan awal pada 21 September 2021 mendatang.
Selanjutnya, ikon baru karya anak bangsa di tanah Menak Sopal itu, tinggal menunggu waktu untuk diresmikan oleh Presiden Joko Widodo dan didampingi Menteri PUPR, Basuki Hadi Muljono.
Seperti disampaikan saat kunjungan kerja di Ponorogo yang baru lalu, Presiden Joko Widodo akan meresmikan sejumlah bendungan pada Desember 2021 mendatang, dan salah satunya adalah Bendungan Tugu. (*wn)