KBB, eljabar.com — Bertempat di Aula Desa Kertamukti, Cipatat Kabupaten Bandung Barat, Rabu (24/7/19). Ratusan warga hadiri acara sosialisasi program Citarum Harum yang digelar Satgas Sektor 11. Pada sosialisasi kali ini, Satgas Sektor 11 kompi 3 menginisiasi penandatanganan kesepakatan bersama antara 4 Kepala Desa (Sarimukti, Kertamukti, Cipatat, dan Sumurbandung) terkait jadwal Irigasi Pasirangin yang mengairi lahan pesawahan keempat desa tersebut.
Hal ini sebagai tindaklanjut dari keberhasilan dari salahsatu rencana aksi yang dilakukan Satgas Citarum sektor 11 di Kompi 3, dalam melakukan pembenahan permasalahan saluran irigasi yang menyebabkan selama hampir 4 tahun puluhan hektar lahan tidak terairi.
Dikatakan Dansektor 11 Kol Caj Firman Aidil bahwa penandatangan ini hanya kesepakatan jadwal pembagian air. Karena setelah satgas kompi 3 berhasil membenahi permasalahan pasokan air irigasi, mulai dari hulu di Sumur bandung hingga hilir di desa Sarimukti harus ada langkah kelanjutan dari pihak pemerintahan daerah, khususnya pemerintah desa masing masing.
“Kita tidak mau tanggung tanggung, setelah pasokan air sudah bisa mengairi hingga ke desa sarimukti (hilir), saatnya perangkat desa dan pihak pihak terkait melakukan urun rembug mengatur secara teknis, membentuk struktur petugas air,” ujar Dansektor 11.
“Dalam hal ini satgas hanya mengawasi, untuk sistem dan pembentukan struktur petugas, biar pihak desa terkait yang menentukan, apakah nantinya sistem diubah, atau masih memakai sistem lama, harus ada evaluasi,” tambahnya.
“Nanti setelah petugas dan sistem dibuat masih ada pihak pihak yang tidak bertanggung jawab melakukan hal hal yang melanggar kesepakatan jadwal, laporkan dan akan ditindak secara hukum,” tandasnya.
Hadir mewakili Camat Cipatat, Yanyan M selaku Kasie Trantib, melalui program citarum harum diharapkan agar masyarakat ikut mendorong dan membantu dalam mensukseskan program citarum harum, “hindari pencemaran, mulai dari lingkungan rumah tangga hingga desa,” ujarnya.
Berkat kinerja satgas kompi 3 yang berhasil menyediakan pasokan air membasahi hingga lahan pesawahan di desa Sarimukti, membuat Didin Robana selaku Kepala Desa Sarimukti merasa bangga dan sedih. Bahkan dirinya merasakan seperti mimpi, karena saat musim panas (kemarau) pasokan air irigasi dapat mengairi sawah di wilayahnya.
“Terimakasih atas kepedulian satgas, saya mewakili warga merasa bangga dan sedih, bangga karena kemarau air mengalir, sedih karena khawatir pasukan citarum pergi, (pasokan air) pengairan hilang lagi dari sarimukti,” ujarnya saat memberikan sambutan.
“Kewajiban kita masyarakat sudah sepatutnya membantu, jangan hanya diam, kita harus turun tangan, baik pengelola, pengurus, mitra cai. Apakah kita harus diam saja?, apa kita tidak malu?, apa kita harus memakai loreng?,” ungkapnya.
“Yang menikmati adalah kita, warga masyarakat, jangan hanya mengandalkan, ayo kita buktikan bersama sama,” imbuhnya mengakhiri.
Ditempat yang sama, Danramil 0919 Kapten Kav Rifai Lubis juga mengaku sebelum kedatangan satgas citarum, pihaknya kesulitan menangani permasalahan irigasi ini.
“Saya sudah tiga kali bersama warga melakukan upaya tapi (permasalahan pasokan air) tidak tembus juga, dengan kedatangan satgas citarum ke wilayah cipatat sudah dinantikan masyarakat, terbukti dibawah komandan sektor dan pasukan satgas, manfaatnya dirasakan oleh masyarakat, yang menonjol penyelesaian Irigasi ini,” ungkapnya.
“Mari sama sama kita masyarakat, jangan hanya diam, dan mudah mudahan kehadiran satgas citarum menjadi berkah bagi masyarakat,” tandasnya.
Hal yang hampir sama juga diungkapkan Kapolsek Cipatat AKP Asep Nandang SH, dirinya mengatakan patut mengacungi jempol kepada satgas citarum. “Desa kertamukti padahal jauh dari citarum, tapi tidak menutup kemungkinan limbah berasal dari limbah lingkungan kita. Mari kita ciptakan situasional yang kondusif demi menjaga kelestarian lingkungan. Mari kita ubah mindset kita demi menduking citarum,” tuturnya.
Ditemui seusai sosialisasi, Komandan Kompi 3 Pelda Hadiat Suswanto mengungkapkan bahwa selama hampir 4 tahun terakhir, wilayah 4 desa mengalami kekurangan pasokan air irigasi. Hal itu terjadi karena berbagai permasalahan, mulai dari wilayah hulu yang banyak tertimbun longsoran, bocornya saluran irigasi, hingga tidak teraturnya jadwal dan adanya oknum tidak bertanggung jawab dalam pembagian air.
“Jadwal pengairan sudah ada, tapi faktanya jadwal tidak teratur. Saatnya petugas air, petani, bertanggung jawab semua, untuk tidak saling menyalahkan. Kerjakan tugas masing masing, apa yang harus kita lakukan. Waktunya kita sama sama peduli dengan jadwal yang sudah ada,” pungkasnya. *red