BANDUNG, eljabar.com — Sidang lanjutan kasus dugaan penggelapan uang senilai 5 miliar rupiah dengan terdakwa Adetya Yessi Seftiani yang dilaporkan oleh mantan kekasihnya yakni Stelly Gandawidjaja kembali digelar di Pengadilan Negeri Bandung, Jl. LLRE. Martadinata No.74-80 (Jl. Riau) Kota Bandung, pada Selasa, 22 Oktober 2024.
Adapun sidang lanjutan kisruh antara Stelly Gandawidjaja dan Adetya Yessi Seftiani alias Sasha tersebut berlangsung singkat dengan agenda siding nota pembelaan dari terdakwa.
Dalam sidang kali ini, Nico Sihombing yang merupakan kuasa hukum Sasha mengklaim, bahwa Jaksa Penuntut Umum (JPU) gagal membuktikan adanya tindakan penggelapan yang dilakukan kliennya tersebut.
Menurut Nico, JPU tidak mampu menjawab sejumlah pertanyaan dan membantah bukti-bukti yang telah diajukan di persidangan. Bahkan salah satu poin penting yang diangkat adalah mengenai status anak yang menjadi pokok permasalahan dalam kasus ini.
Nico menegaskan, bahwa status anak telah menjadi fakta hukum, dibuktikan dengan akta kelahiran yang menunjukkan Sasha dan Stelly Gandawidjaja sebagai orang tua kandung.
“Terkait dengan anak, itu sudah menjadi fakta hukum. Kita telah melampirkan bukti akta kelahiran anak yang membuktikan bahwa orang tua dari Steve Wijaya adalah terdakwa dan Stelly Gandawidjaja,” kata Nico kepada wartawan seusai persidangan.
Selanjutnya, Nico juga mempertanyakan alasan mengapa kasus ini baru dipersoalkan saat ini. Padahal pemberian dari Stelly Gandawidjaja yang berupa sejumlah aset seperti mobil, uang, perhiasan, hingga rumah telah berlangsung selama bertahun-tahun.
“Logika hukumnya, kenapa peristiwa di tahun 2015 dipersoalkan sekarang? Ini yang menjadi pertanyaan,” ujarnya.
Menariknya, kata Nico, Stelly Gandawidjaja selaku pelapor dan pihak yang merasa dirugikan justru absen dalam persidangan. Sehingga dinilai bahwa Stelly Gandawidjaja tidak peduli dengan proses hukum yang sedang berjalan.
“Orang yang merasa dirugikan dan yang membuat laporan, tetapi dirinya tidak peduli dengan perkaranya. Artinya Stelly Gandawidjaja tidak menghormati proses hukum di persidangan,” ungkap Nico.
Dengan segala bukti dan argumen yang telah disampaikan, pihak kuasa hukum Adetya Yessi berharap majelis hakim dapat memberikan putusan yang seadil-adilnya, yaitu membebaskan kliennya dari semua tuntutan.
“Sidang putusan sendiri dijadwalkan akan digelar pada Selasa, 5 November 2024 mendatang. Kami berharap majelis memberikan putusan yang adil dengan membebaskan kliennya kami dari segala tuntutan,” tandas Nico. *rie