Imbas Korona, Pengrajin Senapan Angin Mulai Mengeluh
SUMEDANG, eljabar.com — Imbas Korona yang melanda Indonesia, tak hanya berdampak pada ekonomi secara global, namun perajin dan pedagang senapan angin di Sentra Perajin Senapan Angin Desa Cipacing terkena dampaknya.
Sejak Pemprov DKI Jakarta mengeluarkan surat edaran untuk tidak keluar rumah, pesanan senapan angin dari Jabodetabek dan Jawa Barat sepi. Bahkan, sudah sebulan tidak ada penjualan senapan angin.
“Terjadi penurunan sejak tanggal 10 Maret. Karena Jakarta lebih dulu mengeluarkan surat edaran tidak keluar rumah. Sehingga imbas ke pembeli senapan angin yang mayoritas dari Jabodetabek. Selama sebulan tidak ada penjualan sama sekali,” kata Perajin sekaligus pedagang Senapan Angin, Wawan Kandar kepada wartawan, Selasa (07/04/2020).
Menurut Wawan, sebelum isu korona, tiap minggu rata-rata ada dua senapan yang terjual. Sekarang sudah satu bulan tidak ada pesanan karena memang di beberapa daerah sudah di lockdown. “Jangankan pembeli tamu yang sekedar melihat lihat pun tidak ada,” keluhnya.
Selain Jabodetabek, lanjut Wawan, pembeli juga biasanya ada dari Tasikmalaya dan Garut. Namun karena efek lockdown pembeli konvensional maupun online jadi sepi sama sekali.
“Karena isu Korona, jangankan untuk membeli senapan angin, untuk beli beras pun susah. Makanya penjualan sepi,” katanya.
Meskipun sepi, lanjut Wawan, namun tokonya tidak ditutup. Sebab, masih ada empat karyawan (perajin) dan penjaga toko yang harus makan untuk biaya hidup sehari-hari.
“Untuk solusinya, kami kurangi jumlah produksi dan karyawan. Jika sebelumnya ada tujuh karyawan, sekarang tinggal empat karyawan. Sisanya dirumahkan,” katanya.
Wawan menambahkan senapan yang sering dipesan jenis senapan gas (PCP) dan Pompa kaliber 4,5 milimeter. Bahkan, mendekati puasa dan lebaran pesanan meningkat. Namun, karena Korona jangankan yang memesan, yang bertanya tanya via online oun tidak ada.
“Biasanya mendekati puasa dan lebaran pesanan banyak. Tapi karena tidak ada yang mudik jadi tidak ada pesanan. Diprediksi mudik juga kayaknya dilarang pemerintah,” ujarnya.
Wawan berharap, Korona lekas hilang dan kondisi ekonomi kembali stabil.
“Kemudian apakah kami masuk kategori UMKM atau pedagang yang menerima bantuan sembako apa tidak. Sebab, secara ekonomi kami juga ikut terpuruk. Seperti perajin yang dirumahkan, dan penjaga toko yang sepi. Kami mengharapkan bantuan sembako minimal untuk menutup biaya sehari hari,” tandasnya. (Abas)