Kasus Kekerasan Terhadap Anak di Pamekasan Kembali Terjadi, Kali Ini Dilakukan Oknum Guru MI

PAMEKASAN, eljabar.com – Kasus kekerasan terhadap anak kembali terjadi kali ini menimpa seorang anak berusia 8 tahun bernama Rifki.
Anak dari Fadilah, warga Dusun Sekar Putih, Desa Laden, Kecamatan Kota Pamekasan itu mengalami luka memar di pipi sebelah kanan dan bekas luka akibat sabetan pukulan yang diduga menggunakan sapu lidi.
Ibu korban, Fadilah menuturkan bahwa ia sangat menyayangkan perilaku kekerasan yang dilakukan oleh oknum tenaga pendidik terhadap putranya.
“Kejadian ini tidak hanya satu atau dua kali, ini sudah kasus yang berkali-kali,” kata Fadilah, Jum’at (10/12/2021).
Ia juga mengaku terkejut, sebab saat berangkat sekolah jam 14.00 WIB di salah satu Madrasah Ibtidaiyah (MI) putranya dalam keadaan baik-baik saja. Namun ketika pulang pada sore harinya, sekira jam 16.00 WIB, Rifki menangis dan dalam kondisi memar di pipi kanannya.
Sementara itu, pihak pemerintah desa belum bisa ditemui guna mengklarifikasi kejadian tersebut. Sejumlah staf yang ditemui eljabar.com beralasan jika pemangku kewenangan di desa tersebut masih mengikuti agenda kegiatan di luar desa.
Meski mediasi sempat dilakukan oleh Pemerintah Desa setempat, pihak keluarga korban masih tidak terima atas perbuatan pemilik yayasan Nahdlatu Subban yang beralamat di Jalan Bhayangkara, Desa Laden.
Orang tua korban mengungkap, penolakan pihaknya semata-mata dimaksudkan agar peristiwa serupa tidak menimpa anak-anak lainnya.
”
Biar tidak jatuh korban lagi, sebab peristiwa ini terjadi berulang kali,” ujar Fadilah.
Sementara, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kabupaten Pamekasan, belum berhasil diminta tanggapan atas peristiwa tersebut.
Terpisah, sejumlah pihak menyatakan keperihatinannya atas peristiwa kekerasan terhadap anak yang terjadi di dunia pendidikan itu. Hal ini menunjukkan jika kinerja perlindungan terhadap anak dari kekerasan, masih belum optimal.
”
Kinerja perlindungan anak di Kabupaten Pamekasan masih perlu dioptimalkan,” kata Caesar Pranawangsa dari Surabaya Institute Governance Studies (Sign Studies), melalui pesan, Jum’at (10/12/2021). (idrus)







