Hari untuk Guru

TREN kenaikan positif Covid tampaknya belum lagi reda. Risiko terpapar bagi siswa bahkan para pengajar pun sangat tinggi. Kegiatan belajar mengajar, masih terkendala. Di beberapa daerah mengalami kesulitan melakukan pembelajaran jarak jauh akibat infrastruktur digital dari sekolah dan siswa yang tidak memadai.
Belum lama ini, kabar duka menimpa 20 guru sekolah dasar (SD) di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, sebab terkonfirmasi positif COVID-19 setelah menjalani swab atau tes usap tenggorokan massal persiapan pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Para guru ini ditetapkan sebagai orang tanpa gejala (OTG) dan harus menjalani isolasi mandiri.
Dari data yang dirilis Satgas Penanganan COVID-19 Kabupaten Cirebon, Senin (23/11/2020), terdapat 1.998 orang positif Corona. Sebanyak 664 pasien masih menjalani perawatan, 1.204 pasien berhasil sembuh, dan 130 pasien meninggal. (Detiknews, 24/11/2020)
Sementara itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada akhirnya mengizinkan pembelajaran tatap muka kembali dilakukan di tengah pandemi lantaran banyaknya permohonan dari pemerintah daerah. Sekolah-sekolah pun diminta bersiap-siap. (Kompas.com, 25/11/2020)
Kebijakan tersebut mulai berlaku pada semester genap tahun ajaran 2020/2021 atau mulai Januari tahun depan, berdasarkan keputusan bersama empat menteri yakni Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri.
Tentu hal ini menjadi masalah bersama, sebab tugas mencerdaskan bangsa tak boleh terhenti. Maka kegiatan menyampaikan ilmu pun harus terus berlangsung. Sejalan dengan itu, peringatan Hari Guru Nasional (HGN) tahun 2020 bertema “Bangkitkan Semangat Wujudkan Merdeka Belajar”.
Hari Guru Nasional yang diperingati setiap tanggal 25 November, seolah menjadi pengingat tentang sosok penting yang membangun tembok peradaban dunia. Perannya sangat luar biasa. Mereka mengisi ruang di hati dan kepala anak-anak bangsa dengan ilmu, yang kelak menjadi daya dorong mereka sebagai aktor perubahan.
Kemendikbud pun patut mendapat apresiasi. Berbagai kebijakan telah dilakukan di masa pandemi ini, seperti bantuan kuota data internet, fleksibilitas penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), pengalokasian BOS Afirmasi dan BOS Kinerja untuk penanganan Covid-19 di sekolah negeri dan sekolah swasta.
Begitu pula halnya dengan bantuan subsidi upah untuk guru dan tenaga kependidikan non-PNS, kurikulum darurat, program Guru Belajar, laman Guru Berbagi, program Belajar dari Rumah di TVRI, dan seri webinar. Serangkaian pembelajaran disampaikan agar para siswa tetap mendapat asupan ilmu meski di tengah pandemi.
Tentunya hal yang demikian masih belum sempurna. Perlu evaluasi terus menerus dan mengupayakan perbaikan, baik dari pihak sekolah maupun pemerintah agar merata akses mendapatkan pendidikan berkualitas. Para guru pun telah mencoba berbagai metode pembelajaran, ada yang melakukannya melalui daring, ada pula yang mengatur anak didiknya dalam sebuah kelompok belajar kecil dan didatangi bergiliran.
Termasuk mendatangi rumah siswa dan berdiskusi dengan orang tua untuk membantu proses belajar mengajar. Ada yang bergilir masuk sekolah, melalui tatap muka seraya menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Namun, ada juga yang harus mencari sinyal hingga ke seberang sungai atau bukit.
Sebaliknya hal yang sama pun terjadi pada siswa. Berbagai kendala belajar di tengah pandemi, berusaha dipecahkan bersama. Akan tetapi lebih dari itu, peran negara juga tidak kalah pentingnya. Sebagai pengelola urusan umat, penguasa bertanggung jawab pada pelaksanaan pendidikan.
Negara memiliki peran vital mengendalikan kebijakan agar proses belajar mengajar tidak terhenti selama pandemi. Kesejahteraan guru pun perlu diperhatikan. Sebagaimana diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah, dari Sadaqoh ad-Dimasyqi, dar al- Wadl-iah bin Atha, di masa Khalifah Umar bin Khaththab, tiga orang guru di Madinah yang mengajar anak-anak dan Khalifah Umar bin Khattab mendapat gaji lima belas dinar.
Islam memuliakan guru, karena mereka mengantarkan anak-anak bangsa pada kebaikan. Di dalam Islam, guru memiliki banyak keutamaan seperti disebutkan dalam hadits riwayat Tirmidzi, “Sesungguhnya Allah, para malaikat dan semua makhluk yang ada di langit dan di bumi, sampai semut yang ada di liangnya dan juga ikan besar, semuanya bershalawat kepada muallim (orang yang berilmu dan mengajarkannya) yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.”
Tidak cukup hanya satu hari untuk guru. Seluruh hari sejatinya dipersembahkan bagi dedikasi mereka yang luar biasa. Hari Guru Nasional menjadi refleksi bersama, seberapa besar bangsa ini memberi perhatian yang besar terhadap pendidikan di bumi pertiwi. Sebab melalui pendidikan bermutu berlandaskan akidah yang sahih, akan menghasilkan pemimpin-pemimpin peradaban. Wallahu ‘alam bishshowab. ***
Penulis adalah Lulu Nugroho, Aktivis Dakwah dari Cirebon.