SUMENEP, Eljabar.com – Kasus dugaan pemotongan dana Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah di Universitas Bahaudin Mudhary (UNIBA) Madura kembali mencuat.
Sejumlah mahasiswa mengungkapkan bahwa dana KIP yang seharusnya mereka terima secara penuh diduga dipotong oleh oknum tertentu, termasuk kakak tingkat, ketua organisasi mahasiswa (ormawa), hingga beberapa dosen.
Seorang mahasiswa yang enggan disebutkan namanya menyatakan bahwa pada pencairan pertama tahun 2023, sebagian besar penerima KIP tidak mendapatkan dana yang dijanjikan.
“Untuk pencairan semester pertama, full, Rp 2,4 juta untuk Skema 2 dan Rp 4,8 juta untuk Skema 1, tidak sampai ke tangan mahasiswa. Entah kemana uang itu pergi,” ungkapnya.
Menurut beberapa sumber, dugaan praktik “joki” KIP menjadi salah satu modus dalam kasus ini. Oknum tertentu menawarkan jasa pengurusan beasiswa dengan iming-iming bahwa mahasiswa akan dijamin diterima sebagai penerima KIP.
Namun, saat dana cair, sebagian besar dana tersebut diduga diambil oleh oknum tersebut.
“Ada yang diminta menyerahkan semua uang di pencairan pertama, tapi ada juga yang diminta ‘seikhlasnya’. Bahkan, mahasiswa yang kenal dekat dengan joki bisa mendapat dana penuh tanpa potongan,” tambah informan.
Skema KIP di UNIBA sendiri terbagi menjadi dua. Skema 1 meliputi bantuan biaya pendidikan dan biaya hidup, sementara Skema 2 hanya mencakup bantuan biaya pendidikan. Namun, dugaan pemotongan pada pencairan pertama membuat ribuan mahasiswa merasa dirugikan.
Menanggapi tuduhan tersebut, Rektor UNIBA Madura, Rahmad Hidayat, secara tegas membantah keterlibatan pihak kampus dalam kasus ini.
Dalam sebuah video yang sempat viral, Rektor menyatakan bahwa kampus tidak pernah meminta atau memotong dana KIP dari mahasiswa.
“Jadi jujur saja ya, bahwa tidak satu pun yang meminta kepada Anda dari UNIBA. Saya sebagai Rektor UNIBA Madura menyatakan, tidak pernah ada pemotongan KIP untuk mahasiswa UNIBA Madura. Kalau ada yang memotong atau meminta kepada Anda, KIP yang didapatkan di rekening Anda, silakan laporkan kepada rektor. Saya yang akan lapor kepada polisi,” tegasnya.
Rektor juga meminta mahasiswa untuk tidak memberikan dana kepada oknum yang mengatasnamakan pihak kampus.
“Itu adalah rezeki Anda, jangan diberikan kepada oknum-oknum yang mengatasnamakan UNIBA Madura,” tambahnya.
Kasus ini memicu kehebohan di kalangan mahasiswa dan masyarakat, terutama orang tua penerima KIP.
Beberapa orang tua bahkan mendatangi kampus untuk mempertanyakan ke mana perginya dana tersebut.
Meskipun sempat viral di media sosial seperti TikTok, isu ini perlahan mereda seiring berjalannya waktu.Namun, kekecewaan mahasiswa dan orang tua masih membekas.
“Pencairan pertama tidak ada yang diterima, tapi untuk pencairan kedua dan seterusnya mulai cair. Itu pun tidak semua merasa puas,” ujar seorang mahasiswa.
Kasus ini menyoroti pentingnya transparansi dalam pengelolaan program KIP Kuliah. Diperlukan langkah tegas dari pihak kampus dan pemerintah untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang.
Mahasiswa berharap agar bantuan yang diberikan benar-benar sampai ke tangan yang berhak tanpa ada pemotongan atau campur tangan oknum.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi juga didesak untuk menyelidiki kasus ini agar kepercayaan publik terhadap program KIP tetap terjaga. (Ury).