Merawat Hutan Sebagai Sumber Kehidupan Manusia
ADIKARYA PARLEMEN
BANDUNG, elJabar.com – Sesungguhnya kehidupan kita dibentuk oleh alam dengan cara mendalam. Banyak ilmuwan yang mempelajari sistem bumi, kita berada di zaman geologis baru, kerangka waktu yang disebut Antroposen. Manusia adalah pengaruh dominan terhadap lingkungan dan iklim dunia.
Pergeseran ini menandai pergerakan yang signifikan, termasuk peningkatan suhu, pengasaman laut, runtuhnya ekosistem, menciptakan kondisi yang mengancam banyak spesies, termasuk manusia.
Bagaimana dengan tantangan utama yang dihadapi manusia saat ini dan di masa depan, sebagai akibat meningkatnya pengaruh manusia terhadap alam.
“Dalam catatan para pakar dunia, satu juta spesies di ambang kepunahan. Dan itu mengubah ekosistem yang berdampak pada berbagai jasa yang diberikan alam kepada manusia,” ujar Prasetyawati, Anggota Komisi 4 DPRD Jabar, kepada elJabar.com.
Modal alam merupakan salah satu cara berpikir tentang nilai lingkungan yang sehat. Modal alam tidak hanya mencakup berbagai produk alam seperti makanan, energi, dan bahan bakar fosil. Tetapi juga layanan ekologi yang kurang dipahami, dan paling sering tidak ditangkap di pasar.
Ini termasuk, misalnya, mikroorganisme yang membantu memelihara ekosistem hutan, atau hutan bakau yang memberikan perlindungan pantai dari siklon. Banyak dari layanan ini sulit diukur dan dinilai.
“Sistem ekologi cukup sensitif. Ada beberapa kasus di mana mereka runtuh tepat ketika satu spesies punah, dan ketidakseimbangan yang diakibatkannya,“ jelasnya.
Banyak negara sedang menghabiskan modal alam mereka dengan kecepatan yang mengkhawatirkan. Hal ini terutama berlaku untuk negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah, dan mereka yang berada pada lintasan pertumbuhan lebih tinggi.
“Akibatnya, populasi masa depan di negara-negara ini mungkin kehilangan layanan dan sumber daya dasar, seperti udara bersih, air tawar, atau tanah yang sehat,” ujarnya.
Modal alam merupakan kekayaan Negara yang sangat berharga, yang disediakan alam. Maka sangat disayangkan, apabila kita abai dalam melakukan perawatan.
Peran hutan salah satunya adalah sebagai paru-paru dunia. Dimana hutan yang memiliki banyak jenis tumbuhan merupakan pemasok oksigen paling besar di permukaan bumi. Selain itu hutan juga menyerap karbon dioksida yang tinggi untuk menyerap polusi.
Hutan sebagai sarana mahluk hidup lainnya, beraneka ragam hewan dan tumbuhan akan kehilangan tempat tinggal, menurut Anggota Fraksi Gerindra DPRD Jabar, Prasetyawati, ketika hutan makin tergerus.
“Hal yang menjadi ancaman adalah menipisnya keberadaan hutan akan berdampak pada bencana,” katanya.
Tentu pentingnya keberadaan sumber daya hutan, sudah banyak dipahami oleh pemerintah, maupun masyarakat. Namun pertambahan jumlah penduduk terus menggerus keberadaan hutan. Pemenuhan kebutuhan sandang, papan dan perumahan serta keanekaragaman fungsi hutan, terus meningkat.
Dalam lima tahun terakhir, Indonesia mengalami deforestasi yang merupakan peristiwa hilangnya hutan. Dimana peristiwa ini memiliki dampak yang sangat buruk bagi tanah. Hilangnya hutan mengakibatkan tidak dapatnya air meresap ke tanah.
Penyebab terjadinya deforestasi lahan diantaranya pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit, terjadinya kebakaran hutan dan illegal logging atau produksi kayu yang berasal dari konsesi HPH.
Hutan tak sekedar menopang hidup kita sebagai manusia, tetapi juga keseimbangan tumbuhan dan hewan didalamnya. Hutan tidak hanya sekedar untuk hidup kita saat ini saja, tetapi untuk anak keturunan generasi di masa mendatang.
Kondisi ini tentu perlu tindakan pemerintah yang lebih tegas serta awas dengan peraturan terkait penjagaan hutan. Hal ini guna menekan makin hilangnya hutan di Indonesia yang merupakan paru-paru dunia.
”Harus ada tindakan tegas. Menekan kelompok-kelompok yang hanya mengambil keuntungan tanpa menjaga keberadaban hutan,” pungkasnya. (muis)