Meski tak Banyak, Lobang Jalan di Ruas Popoh Prigi Panggul Tidak Dibiarkan
TRENGGALEK, eljabar.com – Kegiatan pemeliharaan rutin dan berkala jalan nasional di ruas Popoh yang membentang hingga Prigi dan Panggul tetap dilaksanakan. Meski tak banyak lobang yang tendensinya meningkat di saat musim hujan, ruas jalan yang memilki banyak tikungan tajam dan sejumlah destinasi wisata pantai itu tetap ditangani.
Hal ini dimaksudkan agar kualitas kemantapan jalan yang menghubungkan lintas tengah dan selatan Jatim tersebut memberikan kenyamanan saat dilintasi dan menunjang faktor keselamatan transportasi masyarakat.
Balai Besar pelaksanaan Jalan Nasional Jawa Timur Bali dan Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilyah II Provinsi Jatim melalui PPK 2.5 Popoh-Prigi-Panggul telah melakukan patching jalan di sejumlah spot-spot lokasi ruas jalan tersebut. Patching (penambalan) pada badan jalan yang kerap menjadi pilihan komunitas pencinta motor riding itu telah dilaksanakan pada tahun anggaran 2020 lalu.
“Tak banyak lobang yang terdapat di ruas Popoh Prigi Panggul. Namun kami telah menutup sebanyak 70 lobang yang timbul kemarin dan tim yang kami bentuk masih terus mengidentifikasi timbulnya lobang-lobang baru akibat hujan agar segera ditanganai,” kata PPK 2.5 Jatim, Ida Bagus Made Artamana, Senin (25/01/2021) melalui pesan singkat.
Meskipun demikian, lanjut Artamana, pihaknya tetap mengerahkan sejumlah tim untuk melakukan penyisiran dan pemeriksaan terhadap kondisi jalan secara keseluruhan sehingga kerusakan yang terjadi pada lapisan perkerasan maupun permukaan jalan yang bergelombang segera dilakukan perbaikan.
Tak hanya itu, sepertinya PPK 2.5 Jatim juga membenahi kondisi bangunan pelengkap jalan. Penelusuran eljabar.com dari daerah Watulimo hingga menuju ke Kawasan Pantai Prigi, Kabupaten Trenggalek menemukan kondisi bahu jalan maupun guardrail dalam kondisi cukup baik. Begitu juga dengan marka jalan.
Peneliti kebijakan publik dari Investment and Asset Studies (Invasus), Lukas Jebaru, menilai, kondisi jalan di ruas yang syarat destinasi wisata itu sebaiknya mendapat perhatian stake holder transportasi. Sebab, kata Lukas, pemeliharaan jalan yang membutuhkan banyak biaya itu harus dibarengi dengan kesadaran kolektif stake holder transportasi dan masyarakat pengguna jalan untuk ikut menjaganya. Apalagi, saat ini pemerintah tengah mengembangkan jaringan jalan di wilayah selatan Jatim.
“Minimal tidak melakukan hal-hal yang berpotensi mereduksi rencana usia teknisnya sehingga umur layananya sustaintable, seperti pemanfaatan bagian-bagian jalan semaunya,” ujar Lukas, Kamis (28/01/2021). (*wn/andi setiawan)