Kronik

PERAN KARTINI MASA KINI Dalam Pencegahan Stunting Melalui Pendewasaan Usia Perkawinan, Pola Makan dan Pola Asuh

ETI MARLIATI, SPD, Msi
(Penyuluh KB Ahli Madya, Kab. Bandung BKKBN Prop. Jabar)

Tanggal 21 April memang diperingati sebagai hari Kartini. Bicara soal Kartini, Biliau merupakan salah satu pahlawan nasional wanita yang hebat dan menjadi salah satu wanita berpengaruh pada masanya.
Di era modern ini, semakin banyak bermunculan sosok wanita hebat, mandiri, dan menginspirasi seperti RA. Kartini. Wanita-wanita ini pun berasal dari berbagai kalangan salah satunya selebritis hingga publik figur.
Mereka hebat dan menginspirasi dalam bidangnya masing-masing. Perjuangan Kartini dan perempuan-perempuan setelahnya membawa Jalan terang pada wajah perempuan Indonesia. Tak sedikit prestasi yang ditorehkan, Para perempuan Indonesia menunjukkan mampu Bekerja berbagai Profesi dan duduk di struktur pemerintahan. Dari lingkup terkecil Keluarga, ketua RT, hingga lingkup nasional sebagai presiden.  Sebagian bergelut di bidang akademik. Ada yang menjadi peneliti hingga profesor, ada yang  memilih bekerja di sektor formal maupun informal dsb.

SEJARAH mencatat, perempuan tidak dapat dipisahkan dari tindakan diskriminasi, sejak zaman Kartini hingga kini. Pasca-kemerdekaan Indonesia, pemerintah menyusun sejumlah aturan. Salah satunya meratifikasi Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan melalui UU Nomor 7 tahun 1984.
Tetapi profesi apapun itu, Perempuan tetap Perempuan sudah menjadi kodratnya menjadi seorang istri dan seorang Ibu yang mana harus mengurus keluarga (suami dan anak) hampir semua suami/ Keluarga menyerahkan tanggung jawab Perawatan Pendidikan, Sandang, Gizi anak kepada perempuan/ Ibu/Istri.
Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting. Upaya ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.

Dalam mempersiapkan generasi emas 2045 bukan hal mudah. Pasalnya, stunting masih menjadi masalah gizi utama bagi bayi dan anak dibawah usia dua tahun di Indonesia. Kondisi tersebut harus segera dientaskan karena akan menghambat momentum generasi emas Indonesia 2045.

Data Bank Dunia atau World Bank mengatakan angkatan kerja yang pada masa bayinya mengalami stunting mencapai 54%. Artinya, sebanyak 54% angkatan kerja saat ini adalah penyintas stunting. Hal inilah yang membuat stunting menjadi perhatian serius pemerintah.
Awal tahun 2021, Pemerintah Indonesia menargetkan angka Stunting turun menjadi 14 persen di tahun 2024. Presiden Joko Widodo menunjuk Kepala BKKBN, Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG. (K) menjadi Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting.
Seringkali masalah-masalah non kesehatan menjadi akar dari masalah stunting, baik itu masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, serta masalah degradasi lingkungan. Karena itu kesehatan membutuhkan peran semua sektor baik Orang tua, masyarakat dan Pemerintah.
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu Pendewasaan Usia Pernikahan (PUP), perbaikan terhadap Pola makan, Pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih.

Pendewasaan Usia Pernikahan
Pernikahan Dini sangat berpengaruh pada stunting, karena usia sang ibu belum saatnya hamil itu sangat berpengaruh, Terlebih pernikahan dini akibat pergaulan bebas. Kehamilan yang tidak direncanakan dan janin yang ada di dalam rahim kurang mendapat gizi yang baik, ini bisa jadi faktor stunting
Sedangkan anak remaja yang kebobolan, itu sangat berpengaruh terjadinya stunting, perkembangan otak pada janin tergantung pada gizi sang ibu, kalau gizi sang ibu saat hamil tidak baik, otomatis jadilah bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dimana berat badan bayi lahir tidak boleh kurang dari 2.5 kg, Usia yang Ideal Untuk sebuah pernikahan adalah untuk Perempuan 21 tahun dan untuk laki2 26 tahun, (siap mental dan fisiknya)

Pola Makan
Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam.
Istilah “Isi Piringku” dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan, memperbanyak sumber protein sangat dianjurkan, di samping tetap membiasakan mengonsumsi buah dan sayur, Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat.

3) Pola Asuh
Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan Balita.
Dimulai dari edukasi tentang kesehatan, reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga, hingga para calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi bagi janin, serta memeriksakan kandungan empat kali selama kehamilan.Bersalin di fasilitas kesehatan, lakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan berupayalah agar bayi mendapat colostrum air susu ibu (ASI). Berikan hanya ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan.Setelah itu, ASI boleh dilanjutkan sampai usia 2 tahun, namun berikan juga makanan pendamping ASI. Jangan lupa pantau tumbuh kembangnya dengan membawa buah hati ke Posyandu setiap bulan.

4) Sanitasi dan Akses Air Bersih Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih, mendekatkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi. Untuk itu, perlu membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan.
“Pola asuh dan status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua (seorang ibu) maka, dalam mengatur kesehatan dan gizi di keluarganya. Karena itu, edukasi diperlukan agar dapat mengubah perilaku yang bisa mengarahkan pada peningkatan kesehatan gizi atau ibu dan anaknya.
Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Hal ini dikarenakan anak stunting, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang mana tentu akan sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif.

SELAMAT HARI KARTINI Jadilah Kartini bagi Keluarganya, Kartini yang Hebat adalah Kartini yang bisa Merawat, Mendidikan Anak sejak Dini sampai Dewasa sukses, semua itu tidak terlepas dari sebuah Perencanaan, karena BERENCANA ITU KEREEN…… !

Show More
Back to top button