Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB Bina Petani Gunung Geulis Manfaatkan Limbah Panen Kopi
SUMEDANG, eljabar.com — Upaya memanfaatkan limbah kopi pasca panen kopi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar seminar dan diskusi mengenai Teknologi Tepat Guna Pasca Panen Kopi yang digelar di Aula Desa Jatiroke Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Kamis (04/07/2019).
Dekan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB, Prof. Dr. I. Nyoman Pugeg Aryantha mengatakan program seminar dan diskusi ini merupakan program pengabdian kepada masyarakat (PPM) secara terpadu dari dua kelompok keahlian (KK) yaitu KK Teknologi Kehutanan dan KK Agroteknologi Bioproduk. Dilaksanakan secara terpadu dengan tujuannya memberikan wawasan dan pelatihan kepada masyarakat khususnya para petani Kopi di sekitar KHDTK hutan pendidikan Gunung Geulis.
“Kita ajak para petani kopi Gunung Geulis agar mereka bisa memanfaatkan limbah pasca panen kopi. Kebetulan yang dibina adalah kelompok petani kopi di 8 desa di sekitar Hutan Pendidikan Gunung Geulis dibawah binaan ITB,” katanya.
Menurut Dekan, maksud tujuan ini memberikan ajakan dan motivasi kepada para petani kopi untuk mengembangkan kopi dari awal penanman, pemeliharaan sampai panen kopi. Sebab, Kopi tidak akan pernah menurun maupun hilang.
“Penikmat Kopi tidak hanya di Indonesia tetapi di dunia. Kopi dihasilkan oleh negara tropis. Sementara yang menikmati kopi hampir di seluruh dunia. Sebagai contoh Inggris negara maju konsumen kopi terbesar bahkan ada tradisi minum kopi di Inggris. Meskipun Inggris bukan negara penghasil kopi. Ini kesempatan dan peluang bagi kita selaku produsen kopi untuk menciptakan kopi berkualitas dan kopi yang baik,” katanya.
Menurut Dekan, Usaha kopi sangat menguntungkan. Apalagi jika diolah dengan baik dari hulu sampai hilir dilakukan secara benar mulai penanaman, pemeliharaan, panen hingga pasca panen. Sehingga akan menghasilkan keuntungan yang lebih baik.
“Meski demikian, pengolahan kopi yang ramah lingkungan merupakan tagline kami, karena pasar mancanegara sangat memperhatikan kopi yang ramah lingkungan tanpa pestisida. Hindari penggunaan pestisida karena pasar dunia sangat mengharapkan kopi yang ramah lingkungan. Tentu tugas kita bahwa kawasan Gugeul adalah kawasan yang harus dilindungi dan itu merupakan sumber air bagi perkebunan kopi kita. Jadi mari kita jaga gunungnya, agar tetap lestari,” ucapnya.
“Kami dari ITB ditugasi untuk mengelola dan mengawal Kawasan Gunung Geulis untuk diberdayakan. Memanfaatkan lahan tapi tetap menjaga kelestarian lingkungan. Mari kita garap bersama sama mudah-mudahan memberi manfaat bagi kita semua dan berjalan dengan baik,” katanya.
Sementara itu salah satu tim PPM , Dr Yayat Hidayat menambahkan, yang dimaksud pengembangan kopi ramah lingkungan (green environment) tidak hanya sebatas tanpa penggunaan pestisida melainkan juga dengan menerapkan konsep rendah limbah (zero waste) yaitu dengan memanfaatkan/mengolah limbah kopi seperti cangkangnya agar bisa dimanfaatkan misalnya untuk memproduksi biopelet sebagai bahan bakar dan asap cair sebagai pupuk organik, kata Yayat, SITH memang berkomitmen memberikan riset dan penelitian untuk membantu masyarakat dalam pengelolaan tanaman kopi.
“Sebelumnya telah dilaksanakan kegiatan pemetaan kawasan potensial untuk budidaya kopi di sekitar gunung Geulis, rancangan budidaya kopi dengan konsep agroforestry, dan teknik penanaman dan pemeliharaan kopi, saat ini ditindaklanjuti dengan program teknologi pasca panen agar para petani dapat memproduksi kopi berkualitas dan mengurangi limbahnya,” katanya.
Menurut Yayat, ITB hanya membantu masyarakat dalam bidang riset dan penelitian saja. Urusan bisnis dari hasil kopi, itu diserahkan kepada masyarakat yang menggarap lahan miliknya. “Silahkan masyarakat garap lagan milik mereka dan hasilnya bisa untuk mereka. Kecuali untuk kopi yang ditanam di dalam kawasan ITB mungkin harus melalui proses kerjasama dengan pengelola hutan pendidikan ITB. ITB akan fokus kepada pengembangan (inovasi) riset dan teknologi tepat guna bukan pada sisi bisnisnya,” tandasnya. (Abas)