Suka Duka Hari Sebagai Penggali Kubur Covid-19
SUKA duka jadi penggali kubur bagi jenazah yang terpapar Covid-19, dirasakan Hari, warga Kampung Lebaksaat, Cipageran Kota Cimahi. Namun Hari memiliki sense bagi kemanusiaan yang jarang dimiliki orang lain.
Pengalamannya sebagai petugas Dinas Pemakaman Umum dengan pancen sebagai kuncen sudah 7 tahun telah menempa dirinya memiliki sense penolong.
“Jauh sebelum pandemi Covid-19, saya sudah jadi kuncen di pemakaman Cipageran ini,” tegas Hari kepada eljabar.com beberapa waktu lalu.
Ketika muncul pandemi Covid-19 yang melanda dunia, termasuk Indonesia, muncul jenazah korban Covid-19. Pemakaman khusus yang terpapar Covid-19 belum memiliki penggali kubur.
Begitu muncul masalah ini, Hari juga berfikir. Masa cuma dua orang penggali, diri dan temannya. Sedang untuk penggali saja minimal butuh 3 orang. Belum lagi untuk pengangkat peti jenazah.
Namun dengan mengucapkan bismillahirrohmanirrohiim Hari dan seorang kawannya memulai tugasnya. Ia nikmati pekerjaan ini penuh ikhlas. Namun apa yang terjadi ?
Saat pertama ada Covid-19 yang menggali kubur hanya dia sendiri.
“Sekarang, ada 4 orang, jadi 6 dan ini ada 8 orang. Kadang balik lagi 4 orang,” ujar Hari sambil senyum.
Namun pekerjaannya ini menyebabkan orang yang dikenal, tetangga dan pedagang warung menjauhi. Jika pun mau beli jajanan di warung tidak langsung diterima tangan tetapi memakai alat. Demikian juga jika dirinya pulang ke rumah, di jalan pada menghindar.
“Eh malah isteri saya juga awalnya rada menjauh. Namun dengan pendekatan info dan keterangan lain, akhirnya sang isteri memahami,” ucap Hari.
“Alhamdulillah hingga saat ini saya sehat wal’afiat. Juga yang ada di rumah dan tetangga pun yang semula menjauhi saya, kini malah akrab seperti biasa. Apalagi ketika saya selalu dicek oleh dokter dan hasilnya negatif Covid-19 dan sehat selalu mereka yang semula selalu menjauh, kini kembali ramah seperti biasa,” jelas Hari.
Itulah gambaran dari duka menjadi suka yang dialami Harry. Tetapi muncul duka dan kasian terhadap jenazah yang akan dikubur. Saat hujan yang cukup lama. Ambulance pengangkut peti jenazah pun antri dan penggali kubur tidak bisa melaksanakan tugasnya.
“Bayangkan, waktu itu kita harus segera menggali 4 lubang, sedang ambulance sudah antri di atas hingga akhirnya kita kerja sampai larut malam,” urai Hari seraya menambahkan, sekarang tidak begitu lagi.
Untuk menghindari kesulitan itu, Hari bersama timnya menyediakan lubang kubur hingga 5 lubang persiapan jika ada yang harus dimakamkan malam hari dan jangan sampai terjadi antrian.
“Kasian lho. Jenazah yang harus dimakamkan, harus antri,” ucap Harry.
Harry menceriterakan soal senengnya. Ia pun bisa minum kopi bareng hingga keluarga yang memakamkan hadir dan berkenalan dengan para penggali.
“Jadi, banyak saudara,” ujarnya.
Hari dan kawan-kawan berharap sang Covid-19 segera lenyap. Jika situasi begini terus kasihan pada semuanya, apalagi keluarga yang ditinggal tampak sedih dan berduka.
“Saya sering melihat kesedihan keluarga yang ditinggal,” pungkas Hari. *red