Regional

Wabup Sumedang Jadi Pemain Film Edukasi Masyarakat Mengenai Bahaya HIV AIDS,

Sumedang, eljabar. Com — Sebagai bagian dari program edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya HIV AIDS, Genta Pictures bekerja sama dengan Gerakan Pita Merah Sumedang meluncurkan sebuah film berjudul ‘STIGMA’ yang ditulis oleh Titha Zee dan disutradarai oleh Harry Ridho.

Film tersebut didukung oleh aktris kawakan Yatti Surachman yang berperan sebagai Nenek Wawan dan Wulan. Sementara aktor cilik Rafi Ar Rashyd berperan sebagai Wawan, Surya R Kusumah dan Bunga Suci Lestari sebagai ayah dan ibu Wawan serta Wulan.

Banyak juga pemain asal Sumedang yang mempermanis alur cerita film. Bahkan Wakil Bupati Sumedang Erwan Setiawan turut tampil dengan berperan sebagai Ketua RT.

Ia pun menyempatkan diri untuk menghadiri langsung Gala Premiere film tersebut di Bioskop XXI Asia Plaza Sumedang, Jumat (14/07).

Secara apik film ini mampu membangkitkan rasa pedih, luka dan kecewa terhadap beragam ketidakadilan yang menimpa Wawan yang diceritakan sebagai anak kecil pejuang keluarga danĀ  Wulan, adik Wawan yang terdampak HIV AIDS dari orang tuanya.

Namun akhirnya, semua stigma negatif dapat dikalahkan oleh bangkitnya Wulan yang mampu “berteman” dengan AIDS yang ia derita.

Wabup Erwan mengatakan, sebuah kehormatan bagi dirinya bisa ikut bermain dalam Film Stigma ini.

“Saya ucapkan terima kasih kepada Yayasan Pita Merah Sumedang, kepada sutradara juga yang sudah mengajak saya terlibat dalam film Stigma,” tuturnya.

Ia menyebutkan, film tersebut bukan bersifat komersil melainkan bersifat _charity_ (amal) yang digagas berlatar belakang penyakit yang sangat berbahaya.

“Saya juga heran, kok mau menggarap film tentang penyakit. Kemudian saya ketemu dengan Gerakan Pita Merah Sumedang akhirnya nyambung dan dapat ide untuk menggarap film ini,” ucapnya.

Dikatakan Wabup Erwan, melalui film tersebut, diharapkan masyarakat bisa lebih menerima para penyintas HIV AIDS.

“Film ini menjelaskan bagaimana cara untuk menghindari penyakit berbahaya ini tanpa mengucilkan penderitanya. Disampaikan pula bagaimana kita bisa menerima orang-orang yang sudah terlanjur terkena AIDS untuk tetap bisa bersosialisasi dengan masyarakat lainnya,” imbuh Erwan.

Erwan menyebutkan, dirinya menjalani proses syuting selama tiga hari tiga malam di Jatigede.

“Saya berapa kali _take_ , siang bahkan malam. Mau hujan apa enggak, juga kita tetap syuting. Ini pengalaman yang menyenangkan bagi saya. Jadi saya tahu bagaimana dunia perfilman Indonesia, tidak ada istilah capek maupun mengeluh sehingga harus totalitas,” tutur Wabup.

Terakhir Wabup berharap melalui film tersebut, masyarakat lebih terbuka dan memahami tentang HIV AIDS dan tidak berlaku diskriminatif terhadap penderita HIV AIDS.

Show More
Back to top button