Bambang Gunawan: Hari Ibu Momentum Wujudkan Indonesia Maju
BOGOR, eljabar.com- Saat menghadiri peringatan Hari Ibu di Perumahan Bumi Sentosa Satu, Jalan Raya Nanggewer, Cibinong, Kabupaten Bogor, Minggu (22/12/2019), Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Kabupaten Bogor, H. Bambang Gunawan berpesan agar Hari Ibu tidak dimaknai secara seremonial belaka.
“Hari Ibu jangan hanya diperingati lantas esok harinya tak membekas. Hari ibu harus kita maknai lebih dari itu. Bagi saya, peringatan Hari Ibu harus dijadikan momentum untuk kita berinteraksi, bersosialisasi serta bertoleransi dalam kehidupan sehari-hari, dalam Bingkai NKRI yang berlandaskan Pancasila dan UUD 45,” jelas H. Bambang kepada wartawan.
Dikatakan, peringatan Hari Ibu tak hanya didedikasikan bagi kaum perempuan, melainkan harus bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Memang benar, Hari Ibu identik dengan perempuan, namun intisarinya bukan itu. Ibu adalah sosok yang memberikan kasih sayang pada anaknya, maka kita semua juga harus bisa menjadi sosok ibu yang selalu berbagi kasih sayang. Di situlah muncul toleransi,” kata dia.
Meski begitu, Bambang tak menampik bahwa Hari Ibu yang diperingati tiap tanggal 22 Desember memiliki makna berbeda-beda. Ada yang memaknainya sebagai sebuah penghormatan terhadap jasa ibu ataupun istri yang sudah berjuang untuk merawat keluarga.
“Namun saya tegaskan, Hari Ibu itu punya makna lebih dari sekadar perayaan untuk jasa ibu dan istri, tapi tadi kita harus jadi sosok ibu, memberikan kasih sayang demi bangsa besar ini. Kalaupun itu khusus bagi perempuan, sejatinya dewasa ini dijadikan pergerakan kebangkitan bagi perempuan,” imbuhnya.
Bambang menjelaskan, awalnya Hari Ibu diperingati untuk mengenangkan jasa dan semangat kaum perempuan dalam memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan. Penetapan Hari Ibu dilakukan oleh Presiden Soekarno pada 22 Desember 1928 diselenggarakan Kongres Perempoean Indonesia di Yogyakarta. Kongres yang diselenggarakan di Dalem Jayadipuran ini dihadiri oleh sekitar 30 organisasi wanita dari 12 kota di Jawa dan Sumatera.
“Kongres berawal dari semangat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Tertular semangat pemuda, kaum perempuan terbakar semangatnya dan menyelenggarakan kongres. Kongres dimaksudkan untuk menggalang persatuan antarorganisasi yang saat itu cenderung bergerak sendiri-sendiri,” jelasnya.
Saat kongres yang ketiga di Bandung pada 1938, diputuskan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu. Kemudian pada 22 Desember 1953 sekaligus peringatan kongres yang ke-25, Presiden Soekarno melalui Dekrit RI No.316 Tahun 1953 menetapkan setiap 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu.
Momen Hari Ibu tahun ini, demi mengembalikan kembali makna sesungguhnya tentang pergerakan perempuan, berbagai organisasi profesioal buruh membentuk Aliansi Perempuan Bangkit. Aliansi ini diharapkan bisa mengembalikan makna Hari Ibu menjadi momen kebangkitan kaum perempuan untuk mengangkat berbagai isu, termasuk situasi politik yang berdampak besar bagi perempuan.
“Bagaimanapun sejarahnya, kita harus meniru perjuangan para pelaku sejarah dalam hari ibu. Kita berjuang untuk Indonesia Maju,” pungkasnya. (ak/patrolicyber.com)