Dedi Mulyadi Inginkan Kids Zaman Now Mainkan Permainan Tradisional
CIREBON,eljabar.com — Minat generasi masa kini terhadap jenis permainan tradisional semakin menurun. Hal ini dibuktikan dengan semakin merebaknya permainan modern melalui aplikasi telepon pintar.
Padahal, permainan tradisional memiliki nilai manfaat lebih dibandingkan dengan permainan modern. Diantaranya, perajin alat yang biasa digunakan untuk permainan tradisional dapat menikmati kesejahteraan.
Kondisi miris kini dialami oleh Tarma (72), warga Arjawinangun, Kabupaten Cirebon. Desa tempat tinggalnya merupakan pusat kerajinan permainan ‘krotokan’. Krotokan sendiri merupakan bunyi-bunyian yang keluar dari alat permainan tersebut.
Supaya alat tersebut mengeluarkan bunyi, maka seorang yang memainkannya harus meletakannya di atas tanah. Kemudian, dia harus membawanya berlari dengan cara memegang tongkat yang tersemat pada roda yang dihiasi dengan aneka bentuk binatang.
“Sekarang menjualnya susah, sehari paling terjual 3 sampai 4 buah. Satu krotokan harganya Rp15 ribu,” kata Tarma, di Pasar Bongkok, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Kamis (8/3/2018).
Keluhan tersebut dia sampaikan saat bertemu dengan calon Wakil Gubernur Jawa Barat nomor urut 4 Dedi Mulyadi.
Awal mula permainan ini tercipta, menurut Tarma, merupakan salah satu usaha para orang tua agar anak-anak mau belajar berjalan. Suara yang dihasilkan oleh krotokan diyakini memotivasi anak-anak tersebut untuk kembali bangkit saat jatuh.
Permainan Anti Putus Asa
Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menjelaskan, permainan krotokan mengajarkan kepada anak-anak agar tidak mudah putus asa. Artinya, permainan ini bukan sekedar permainan seperti dalam game online atau telepon pintar.
“Generasi zaman now harus memainkan permainan tradisional. Contohnya krotokan, ini mengajarkan agar generasi kita tidak mudah putus asa. Saat jauh, bangkit lagi, terbentur, terbentur, maka terbentuk,” katanya.
Bahkan, para orang tua dan anak-anaknya dapat memainkan permainan ini bersama-sama. Permainan ini membuat seluruh anggota tubuh bergerak sehingga bermanfaat juga untuk kesehatan.
“Bisa juga sama-sama dengan orang tua, kompakan sambil lari, kan sehat tuh,” ujarnya.
Dedi Mulyadi memandang terdapat potensi ekonomi yang besar jika permainan tradisional dipasarkan secara massif, bukan hanya di pasar lokal. Karena itu, seluruh pirantinya harus mapan agar melahirkan produk yang mampu bersaing.
“Permainan tradisional di Jawa Barat ini kan banyak bukan hanya krotokan. Kalau dikelola dengan baik, saya yakin bisa bersaing. Tetapi kualitasnya harus kita perbaiki, barusan saya coba main ini dengan anak-anak, baru sebentar diajak berlari, krotokannya sudah patah,” katanya. (Red.)