Regional

Pasca Diterjang Banjir Bandang Bangunan Pompa Air Tanpa Mesin di Pasongsongan Rusak Parah

SUMENEP, eljabar.com — Sebagian konstruksi Pompa Air Tanpa Motor (PATM) di Desa Lebbeng Barat, Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumemep, mengalami kerusakan akibat terdampak banjir bandang yang terjadi belum lama ini.

Sehingga PATM yang baru saja diresmikan oleh Bupati Sumenep, Busyro Karim, November 2020 lalu itu tidak dapat dinikmati oleh masyarakat.

Pembangunan PATM yang dikerjakan oleh CV Sady Family dengan nilai kontrak sebesar Rp4,86 miliar lebih dari APBD Kabupaten Sumenep tahun anggaran 2020, fungsionalnya terganggu.

Dari data dan informasi yang dihimpun, miliaran dana itu digunakan untuk membangun dua unit PATM masing- masing memiliki tujuh pompa unutk Bendungan I dan 10 pompa untuk Bendungan II dengan 1 tampungan air (tandon) kapasitas 72 liter/detik serta dua blustru yang akan melayani irigasi pertanian seluas 106 hektar yang tersebar di Desa Lebbeng Barat, Lebbeng Timur, Prancak, Motorna di Kecanatan Pasongsongan.

Pasca Diterjang Banjir Bandang Bangunan Pompa Air1Pantauan eljabar.com di lokasi menemukan keadaan tanah di sekitar PATM tergerus dan menyebabkan terjadinya deformasi konstruksi.

Seorang warga Desa Lebbeng Barat, Bahar, mengatakan, setelah proses pembangunan bendungan selesai dan diresmikan, luapan banjir yang disebabkan intesitas hujan yang tinggi, meluluhlantakkan bangunan PATM. Bahkan, beberapa pohon yang tumbang juga menimpa bangunan tersebut.

“Hujannya memang sangat deras waktu itu dan disertai angin. Banjir di sini selalu terjadi saat puncak musim hujan. Namun kali ini lebih besar banjirnya,” kata Bahar, Jum’at (22/01/2021).

Dijelaskan Bahar, kualitas pekerjaan pembangunan PATM sudah memenuhi standar kualitas dan mutu konstruksi. Namun, daya rusak air yang disebabkan oleh banjir memorakporandakan sebagian konstruksi dan struktur sebagian bangunannya.

Untuk itu Bahar berharap agar pihak-pihak terkait segera memperbaikinya sehingga PATM tersebut kembali fungsional.

“Keberadaan bendungan tersebut akan membantu petani di saat musim kemarau sebab rata-rata areal pertanian di sini bersifat tadah hujan penggarapannya memakan banyak biaya,” ucap Bahar.

Senada dengan itu, Aziz (60), warga Desa Lebeng Barat menyampaikan jika masyarakat setempat ketika musim kemarau tiba hanrus menggunakan konor atau pompa air untuk menyuplai kebutuhan air saat musim tanam.

“Sewanya mahal, per jam bisa mencapai 30 ribu rupiah,” kata Aziz.

Terpisah, menurut Surais (60) PATM tersebut tidak dapat dinikmati oleh seluruh warga petani khudunya di Benfungan II PATM. Selain diperbaiki, ia meminta agar Bendungan II dilengkapi dengan saluran (red-dranage).

“Saya berharap khusus bendungan II itu segera diberikan palensengan sehingga tidak mengganggu sawah masyarakat, karena jika musim kemarau bendungan itu sangat bermemfaat bagi masyarakat,” urainya.

Team leader dari konsultan supervisi, Safril Hidayat, menyampaikan jika saluran sungai di lebeng barat itu merupakan saluran buang utama dari pembuangan sungai Desa Lebeng Timur, Lebeng Barat, Perancak, Camapaka, Sana Tengah, Sana Laok, dan Montorna. Semuanya itu bertumpu di sungai yang dibangun PATM melalui tiga daur sungai.

“Nah, kalau ini menjadi satu, hujan bersamaan maka daya tampung sungai ini akan meluap, itu menurut data yang kami kantongi. Kami sudah siapkan beberapa data yang menyatakan bahwa ini memang betul-betul banjir,” ungkapnya.

Dari itu, pihaknya berharap pada masyarakat setempat, supaya melakukan permohonan untuk melakukan pembongkaran pada bendungan atas serta melakukan penebingan pada PATM.

“Bendungan atas ini fungsingnya sudah beralih, karena sudah ada PATM yang sudah di bagun,” tambahnya.

Jika bendung atas itu masih ada, menurut Dayat sapaan akrabnya, maka dampak banjir ini masih berpotensi timbul.

“Saat ini debit curah hujannya sudah tinggi. Kami memohon pada pihak pemerintah, untuk dikaji ulang pengkajian banjir 5 tahunannya, terhadap bendung atas ini,” harap Dayat.

Sementara itu, Kepala Bidang PPSDA dan Binman Dinas PU SDA Kabupaten Sumenep, Agus Ribut Susanto, mejelaskan, kerusakan yang terjadi disebabkan oleh faktor bencana alam.

“Saat itu hujan, sehingga ada banjir bandang. Akibatnya, sebagian material PATM itu ada yang rusak tertimpa pohon kelapa,” kata Agus.

Dijelaskan Agus, sungai yang terdapat di Desa Lebbeng adalah muara dari beberapa sungai yang berada di tiga desa yakni Lebbeng Timur, Parancak dan Desa Campaka. Tidak adanya konstruksi penahan tebing sungai di sekitar bendung.

Meskipun demikian, Agus mengaku bahwa kerusakan pada bendungan tersebut, saat ini sudah mulai diperbaiki oleh pihak rekanan.

“Saat ini sudah dalam proses perbaikan,” pungkas Agus.

Menyoal rusaknya infrastruktur sumber daya air di Desa Lebbeng Barat, penggiat kebijakan publik, Lukas Jebaru menilai, perbaikan kembali yang akan dilakukan itu hendaknya bersifat transparan.

Menurut pendiri Investment and Asset Studies (Invasus), kerusakan bangunan milik Pemkab Sumenep yang disebabkan oleh bencana alam tersebut disertai dengan surat pernyataan bencana yang dibuat oleh bupati. Hal ini dimaksudkan agar penanganannya memenuhi kaidah good goverment dan good governance, akuntabel dan transparan.

“Apakah dengan tanggap darurat, penanganan pasca bencana atau menjadi tanggungjawab retency money dari pelaksanaan proyek tersebut. Semua ada aturan mainnya,” kata Lukas melalui ponselnya, Jum’at (22/01/2021). (*/ury)

 

Show More
Back to top button